Kisah itu dituturkan Titi ketika dijumpai di rumah produksinya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Selasa (9/11/2015). Dia penuh semangat mengisahkan keberhasilannya itu dan tidak melupakan peran penting Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Peran penting BNP2TKI itu adalah ketika Titi akan menentukan bekerja ke luar negeri dan diberikan informasi dengan benar. Dia juga mendapatkan pelayanan yang baik dari BNP2TKI sehingga tidak terjebak oleh sponsor atau calo tenaga kerja ke luar negeri.
"Sebelum bekerja ke luar negeri kita harus tahu prosedur yang sebenarnya agar tidak menjadi korban penipuan calo atau sponsor," ujar Titi.
Titi melanjutkan, selama bekerja di luar negeri seorang TKI harus disiplin menabung. Mereka harus punya target dengan tabungan yang dimilikinya.
"Sekaligus merencanakan pemanfaatan tabungan itu untuk berwirausaha. Jangan lupa juga, setelah kembali di Indonesia harus memulai apa yang pernah direncanakan untuk usahanya," kata Titi.
"Paling tidak kita harus bekerja dengan disiplin seperti pada kita bekerja menjadi TKI setelah di Tanah Air sendiri," tambahnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi di tempat kerjanya, Gatot Hermawan, Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BPTKI Jakarta) membenarkan bahwa Nurchaeti adalah TKI purna yang pernah menjadi peserta Bimbingan Teknis Pemberdayaan Peningkatan Kapabilitas TKI Purna tahun 2014. Titi berhasil mengeluti bisnis binatu dan makanan ringan keripik pisang dengan omset Rp 60 juta per bulan.
"Titi menyatakan siap untuk memberikan pendampingan terhadapa sesama teman teman TKI purna yang ingin membuka usaha," ujar Gatot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.