Namun, menurut dia, beberapa investor menganggap monopoli distribusi listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai sebuah disinsentif.
“Listrik di Sulut ini memang masalah. Banyak swasta yang ingin masuk. Seringkali saya menerima telefon mau investasi di listrik. Tapi sulit mekanismenya, monopoli PLN,” kata Soni pekan lalu.
Lebih jauh dia menerangkan, kesulitan yang dimaksudkan calon investor tersebut yakni terkait distribusi listrik yang dimonopoli oleh PLN.
“Kalau pun ada investasi listrik, harus didistribusikan melalui PLN, dan negosiasi dengan PLN itu tidak mudah,” ucap dia lagi.
“Jadi problem listrik ini, kalau swasta boleh sampai distribusi, sebenarnya urusan listrik di Sulut selesai. Tapi karena dikendalikan penuh, maka tergantung PLN. Jadi ini problem manajemen, bukan problem investasi,” tutur Soni.
Listrik ‘byar-pet’
Soni mengatakan, kondisi defisit listrik di Sulut memang sangat mengerikan.
“Listrik di Manado ini dikenal dengan listrik ‘byar-pet’. Jadi, tidak bisa menjamin bahwa hari ini mati atau tidak. Itu di kota, apalagi yang di pelosok,” ucap Soni.
Dia menambahkan, sangat menaruh perhatian pada kondisi tersebut. Beberapa kali pihaknya memanggil General Manager PLN di area itu untuk mendapatkan penjelasan.
“Jawabannya selalu, trafo rusak, air danau turun. Alasan lain, satu mesin rusak. Selalu ini alasannya,” kata dia.
Perayaan hari Natal yang jatuh pada bulan Desember mendatang, diharapkan tidak diwarnai insinden pemadaman bergilir. Sebabnya, kata Soni, masyarakat akan sangat membutuhkan listrik dalam jumlah besar dua bulan sejak Natal sampai tahun baru, atau Januari 2016.
“Saya sebagai Gubernur, tidak mau ada listrik mati selama dua bulan ini. Karena teman-teman di Manado merayakan natal dan tahun baru,” ucap Soni.
Defisit terparah
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 28 Oktober 2015, dari 11 sistem kelistrikan yang mengalami defisit, defisit listrik terbesar ada di sistem kelistrikan Sulut-Gorontalo sebesar minus 22,94 persen.
Kapasitas terpasang di sistem kelistrikan Sulutgo pada periode tersebut baru mencapai 307 megawatt (MW).
“Ini mengerikan, kalau tidak diperbaiki dengan penambahan kapasitas listrik bisa bahaya,” ujar Direktur Program Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Alihuddin Sitompul, Jakarta, Jumat (6/11/2015). (baca: Defisit Listrik, Pemadaman Bergilir Bisa 3 Kali Sehari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.