Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan "Balas Dendam" ke ISIS Angkat Harga Minyak Dunia

Kompas.com - 17/11/2015, 07:25 WIB
NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Senin (16/11/2015) waktu setempat  (Selasa pagi WIB), setelah jet-jet tempur koalisi pimpinan AS menargetkan operasi minyak kelompok Negara Irak dan Suriah Islam (ISIS) sebagai pembalasan serangan Paris.

Pada akhir perdagangan, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 1,00 dollar AS menjadi 41,74 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik 9 sen ke posisi 44,56 dollar AS per barrel di perdagangan London.

Kenaikan membalikkan penurunan stabil sejak 5 November. Serangan Paris pada Jumat (13/11/2015) lalu yang diklaim sebagai tindakan ISIS, memicu perkiraan akan semakin memanasnya konflik di wilayah Suriah-Irak sehingga menimbulkan kekhawatiran terganggunya produksi minyak.

"Pasar telah membalikkan kebijakan secara mendadak tentang tentang kekhawatiran atas kelebihan pasokan dan kerusakan permintaan," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.

"Ada laporan bahwa AS kini menargetkan tanker-tanker minyak dan fasilitas minyak ISIS dan yang pasti memberikan pasar sedikit dukungan," tambah dia.

Tetapi analis Phillip Futures Daniel Ang mengatakan kenaikan harga yang dipicu oleh ketegangan geopolitik hanya untuk jangka pendek.

"Untuk jangka panjang, penggerak utama harga adalah pasokan dan permintaan global, dan karena membanjirnya pasokan akan menjadi sedikit lebih sulit untuk harga bergerak naik lebih banyak lagi," katanya.

Ang menyebutkan, kenaikan tersebut juga didukung oleh perburuan murahnya harga (bargain hunting) minyak mentah, setelah sempat melorot le posisi terendah dua bulan pada Jumat lalu.

Pada awal perdagangan Senin, WTI merosot tajam untuk waktu yang singkat menguji tingkat 40 dollar AS, tetapi pembeli melompat masuk dan membalikkan tren.

Harga minyak telah merosot lebih dari setengahnya sejak mencapai puncaknya di atas 100 dollar AS per barrel pada pertengahan 2014, karena kelebihan pasokan dan pelambatan ekonomi global, terutama pengguna energi utama Tiongkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP/ANTARA
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com