Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bongkar Dugaan Percaloan Freeport!

Kompas.com - 17/11/2015, 11:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Alkisah, sepekan terakhir Presiden Joko Widodo (Jokowi) gundah gulana. Bukan desakan reshuffle yang menguat, melainkan urusan "skandal" percaloan saham PT Freeport Indonesia yang meresahkan Presiden.

Betapa tidak, nama-nama pejabat amat penting di republik ini terekam dalam pembicaraan untuk merengkuh 20 persen saham perusahaan tambang emas dan tembaga di tanah Papua itu.

Ada nama Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua DPR Setya Novanto, James Robert Moffett, Chairman Freeport McMoran, seorang pengusaha berinisial "R", serta satu orang lagi disinyalir Deputi Staf Kepresidenan.

Nama-nama besar itu terekam dalam hasil transkrip pembicaraan tiga orang yang berinisial SN, MS, dan R di kawasan Pacific Place Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta, Senin, 8 Juni 2015 sekitar pukul 14.00 WIB-16.00 WIB.

SN disinyalir merupakan inisial Setya Novanto, sementara MS diduga inisial dari Ma'ruf Syamsuddin, Presiden Direktur Freeport Indonesia. Inisial R masih samar-samar.

Isi pembicaraan itulah yang dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang diserahkan Senin (16/11/2015). Sudirman menempuh jalur ini karena berkaitan dengan keterlibatan Setya Novanto, dalam dugaan "praktik percaloan" saham Freeport.

Setya dituding ingin memuluskan dan mempercepat proses perpanjangan kontrak karya Freeport hingga tahun 2041. Sedianya, kontrak karya Freeport akan berakhir pada tahun 2021.

Konon, ada mahar yang harus dibayar Freeport, yakni 20 persen saham Freeport. Saham tersebut disebut-sebut akan diberikan ke Presiden Jokowi sebanyak 11 persen dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebesar 9 persen.

Setya sendiri meminta jatah saham PLTA Urumuka yang akan dibangun di Timika, Papua sebesar 49 persen. PLTA Urumuka direncanakan menjadi PLTA terbesar di Indonesia.

"Tindakan ini mencampuri tugas eksekutif dan mengandung unsur konflik kepentingan," tandas Sudirman.

Setya Novanto tak menampik pertemuan dengan Freeport. "Tapi saya tidak pernah membawa nama Presiden dan tidak mencatut nama Presiden," tandas Setya.

Manajemen Freeport Indonesia mengakui yang melaporkan pertemuan tersebut ke Menteri ESDM. "Kejadian ini baru kali pertama dan kami tidak bisa melakukan itu. Kami ada Foreign Corrupt Practice Act," ungkap Riza Pratama, Jurubicara Freeport Indonesia kepada Kontan.

Kini, publik mengharapkan pengusutan tuntas atas masalah ini. Apalagi, kasus ini sudah menyangkut nama-nama petinggi republik ini. (Asep Munazat Zatnika, Febrina Ratna Iskana, Pratama Guitarra)

baca juga: Soal "Politisi Kuat", Ini Komentar Freeport

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com