Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribut-ribut Konsesi JICT ke Hutchinson, Pelindo II Akan Somasi Bahana Securities

Kompas.com - 25/11/2015, 20:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Ribut-ribut soal pemberian konsesi JICT ke Hutchinson oleh PT Pelindo II terus bergulir.

Terakhir, PT Pelindo II akan mengajukan somasi kepada Bahana Securities yang pernah disewa BUMN kepelabuhanan itu untuk menghitung nilai bisnis perpanjangan konsesi JICT ke Hutchinson.

Langkah tersebut dilakukan Pelindo II karena adanya perbedaan data yang disampaikan Bahana Securities kepada Pelindo II, dengan yang diserahkan kepada Panitia Khusus (Pansus).

Direktur Utama Pelindo II RJ Lino mengungkapkan pihaknya sebelumnya telah meminta kajian Bahana Securities sebagai salah satu konsultan guna menghitung prospek bisnis perpanjangan konsesi JICT kepada Hutchinson hingga tahun 2038.

Menurut Lino, dalam kajian sebelumnya, Bahana memaparkan perpanjangan konsesi tidak ada masalah. Pelindo II juga dinilai tidak akan menderita kerugian atas perpanjangan konsesi itu.

"Namun perhitungan itu berbeda ketika tim gabungan antara Bahana Securities dan FRI dimintai perhitungan oleh Pansus. Mereka memaparkan sebaliknya, yakni ada kerugian yang dialami Pelindo II jika konsesi dilanjutkan," ujarnya Rabu (25/11/2015).

Menurut Lino, laporan Bahana Securities sangat tidak konsisten. Jika mengacu pada laporan tim bersama antara FRI dan Bahana Securities, kerjasama dengan Hutchinson harus dihentikan agar Pelindo II tidak menderita kerugian.

"Kami nggak mungkin bikin termination (penghentian kerjasama). Kami harus hormati kerja sama itu. Kalau kontrak batal dengan Hutchinson, nggak tahu berapa penaltinya," jelas Lino.

Atas perbedaan penghitungan itu, Lino meminta kepada Bahana Securities agar konsisten. "Sebagai lembaga konsultan keuangan, Bahana Securities harus solid dengan laporannya. Kami akan mengirimkan somasi," lanjut Lino.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Bahana pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) yang merupakan induk Bahana Securities, Eko Yuliantoro mengungkapkan data yang disampaikan kepada Pelindo II selaku klien dengan yang diberikan kepada Pansus memang berbeda.

Perbedaan itu terjadi karena metode yang dipakai saat penghitungan memang berlainan. Selain itu, dia juga tidak memberikan rekomendasi sama sekali kepada Pansus mengenai prospek perpanjangan konsesi JICT kepada Hutchinson oleh Pelindo II.

"Itu hanya perhitungan ulang dengan data-data yang dilengkapi. Metode perhitungan yang memang tidak sama," kata Eko.

Menurut Eko, pihaknya juga siap memberikan klarifikasi jika diperlukan untuk menjelaskan perbedaan penghitungan tersebut.

Adapun kutipan salinan data perhitungan perpanjangan konsesi yang dilakukan oleh FRI dan Bahana Securities sebagaimana yang diperoleh Kompas.com adalah sebagai berikut:

Berdasarkan proyeksi tim:

A. Asumsi Historis

Manfaat bagi Pelindo II untuk sisa masa kontrak (2015-2018) adalah 2,99 triliun jika kontrak diperpanjang, tetapi akan kehilangan potensi pendapatan 2019-2038 sebesar Rp 24,7 triliun dikali dengan 49% (saham HPH) jadi Rp 11,85 triliun (Asumsi kurs sebesar Rp 13.600).

B. Proyeksi DB (Deutsche Bank)

Manfaat bagi Pelindo II Rp 36,5 triliun lebih besar jika mengoperasikan sendiri JICT dibandingkan dengan memperpanjang kontrak. Akibat perpanjangan kontrak maka potensi kehilangan penghasilan Pelindo II adalah Rp 36,5 triliun dikali 49% adalah sebesar Rp 17,9 triliun (Asumsi kurs sebesar Rp 13.600).

TIm Gabungan menyatakan bahwa semua data dan keterangan yang diberikan kepada pansus angket Pelindo II (dibawah sumpah), adalah benar adanya dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan pengetahuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com