Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPS Didorong Jadi "Leader" Data Pangan

Kompas.com - 28/11/2015, 14:22 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Pertanian dari Universitas Lampung Bustanul Arifin berpendapat, sebaiknya ada satu instansi yang menjadi sentral data pemerintah.

Soal data pangan, misalnya, dia mengatakan, Badan Pusat Statistik (BPS) bisa menjadi leader, lantaran relatif independen.

Menurut dia, BPS bisa menjadi leader data pangan, sebab pengumpulan data yang dilakukan instansi pemerintah itu menggunakan metode yang objektif.

BPS menggunakan metode sampling seluas 22.000 hektare dengan teknik ubinan. Sementara dinas pertanian di daerah melakukan pengumpulan data dengan metode non-objektif, yaitu dengan eye estimate, alias sejauh mata memandang.

"Kalau saya sebut tadi, metode Luki. Lu (kamu) kira-kira," seloroh Bustanul, dijumpai usai diskusi Smart FM, Jakarta, Sabtu (28/11/2015).

Padahal, lanjut Bustanul, validitas data pangan ini berdampak jauh bukan hanya dalam pengambilan keputusan kebijakan impor beras, tetapi juga perencanaan program pembangunan pertanian.

Anggaran Kementerian Pertanian pada tahun ini naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu, yakni dari sekitar Rp 16 triliun menjadi Rp 32,7 triliun.

Banyak program pembangunan pertanian, mulai dari subsidi benih, pupuk, pembangunan irigasi serta alat mesin pertanian yang memerlukan data yang akurat sebagai dasar pengalokasian anggaran.

Sayangnya, memang, kata Bustanul, tidak bisa dipungkiri ada indikasi-indikasi mark-up akibat data yang tak akurat.

Sebut saja, luas lahan yang berdasarkan foto satelit hanya sekitar 8 juta hektare, namun dilaporkan mencapai 14,1 juta hektare.

"Terus terang saya meragukan kalau quality control kita dikembalikan lagi pada administrator (Kementerian Pertanian). Adminiatrator itu ada kepentingan, apalagi atasan mereka adalah politisi, yang punya kepentingan juga produksinya harus terus naik," kata Bustanul.

"Dan itulah mengapa juga, independensi BPS harus teruji si situ. BPS harus mampu menjadi leader. Kalau itu terjadi, separuh pekerjaan sudah bisa diselesaikan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com