Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Novanto Tak Pengaruhi Tim Sofyan Djalil Capai Target

Kompas.com - 08/12/2015, 02:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kasus pencatutan nama dan usaha mencari keuntungan dari PT Freeport Indonesia yang menyeret nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Setya Novanto dinilai tidak mempengaruhi pencapaian target Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam bagi Pembangunan Ekonomi Papua.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil selaku ketua tim memastikan bahwa laporan awal tim sudah selesai dan segera disampaikan kepada Presiden RI Joko Widodo dalam rapat kabinet.

“Kapan pun akan kita laporkan, tinggal tunggu jadwal. Pokoknya tim yang dipimpin oleh Menteri PPN telah menyiapkan amanat keputusan presiden, yaitu pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan Papua,” kata Sofyan di Jakarta, Senin (7/12/2015).

Sayangnya, mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu tidak merinci perkembangan apa saja yang akan dilaporkan ke presiden terkait rencana pembangunan Papua. (Baca: "Saya, Setya Novanto, Tidak Pernah Jadi Pemburu Rente" )

Pemerintah sedianya merilis Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 terkait pembentukan tim dengan tugas utama merumuskan langkah yang perlu dilakukan agar dapat menggelar pembangunan smelter tembaga di Papua.

Tim tersebut diketuai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas dan beranggotakan sembilan kementerian dan beberapa lembaga seperti Jaksa Agung, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), Gubernur Papua, dan Gubernur Papua Barat.

Sofyan membantah kasus Novanto dapat mempengaruhi kinerja tim. “Enggak (ada pengaruhnya). Masalahnya itu kan potensi sumber daya alam di Papua sangat besar, bagaimana kita memanfaatkan itu untuk pembangunan Papua,” ujar dia.

Menurut Sofyan, pembangunan Papua seharusnya tidak seperti pembangunan di Jawa. “Dibutuhkan pendekatan yang lebih berdasarkan local wisdom,” ucap dia.

Sementara itu, ketika ditanya apakah ada investor swasta yang ingin masuk untuk membangun infrastruktur pelabuhan, landasan udara, atau pembangkit listrik di Papua, Sofyan menegaskan bahwa infrastruktur dasar semacam itu tetap ditangani pemerintah pusat. (Baca: Kewajiban Freeport Bangun Smelter "Diperingan", Ini Penjelasan Pemerintah)

“Karena kan secara komersial pembangunan infrastruktur di Papua sulit mencari yang komersial, oleh karenanya yang membangun pemerintah. Pemerintah membangun lapangan terbang, pelabuhan, jalan, dan rel kereta api. Itu sulit sekali kalau untuk private sector karena skala ekonominya belum memadai,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com