Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Harusnya Prioritaskan Ekspor Ikan ke ASEAN

Kompas.com - 15/12/2015, 13:07 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pembina Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan mengatakan Indonesia sebaiknya harus menjadikan negara-negara ASEAN sebagai prioritas ekspor produksi ikan. Pasalnya, ekspor kini hanya difokuskan ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan kawasan Eropa.

Thomas menjelaskan, persentase ekspor produksi ikan ke kawasan AS, Eropa, dan Jepang mencapai 63,6 persen. Sementara itu, kata dia, kebutuhan produk ikan di kawasan Asia Tenggara dan China besar, tetapi pasokan tidak banyak.

Sehingga, tidak jarang kapal-kapal ikan asal negara-negara tersebut menangkap ikan di perairan Indonesia.

"China butuh 1 juta ton impor ikan. Thailand butuh 20.000 ton per bulan yang sekarang diimpor dari India. Vietnam butuh 500.000 ton udang yang diimpor jauh dari India dan Ekuador, sementara tambak udang di Indonesia mangkrak. Padahal Vietnam ingin impor dari Indonesia," jelas Thomas.

Di samping itu, Thomas menyatakan bahwa industri perikanan dalam negeri sendiri pun akan terus meningkat. Pasalnya, semakin membaiknya kondisi perekonomian masyarakat, maka konsumsi ikan dan produk perikanan lainnya pun akan meningkat.

"Sekarang ini konsumsi ayam 8,5 kilogram, daging 2,5 kilogram, susu 13,5 liter, telur 100 butir, dan ikan 37,89 kilogran per kapita per tahun. Industri akan terus meningkat. Semakin kaya orang dan ekonomi membaik maka akan ada perkembangan konsumsi ikan dan akan memberi pertumbuhan," ujar dia.

Thomas memaparkan, pihaknya menargetkan konsumsi ikan akan berada pada posisi 40 kilogram per tahun pada tahun 2015. Sementara itu, pada tahun 2019 konsumsi ikan akan meningkat menjadi 54 kilogram.

Dengan meningkatnya konsumsi, maka produktivitas di sektor perikanan dan kelautan pun harus ditingkatkan. Oleh sebab itu, ungkap Thomas, maka sektor perbankan pun diharapkan mampu mendukung peningkatan produktivitas tersebut.

"Kalau perbankan tidak mendukung maka orang akan makan ikan Dori dari Vietnam, salmon dari luar negeri, atau lele dari Malaysia," ucapnya.

Selama ini, lanjut dia, perbankan hanya mendukung sektor pengolahan dan distribusi yang nilai ekonominya Rp 115 triliun, sementara perikanan tangkap Rp 70 triliun dan budidaya Rp 75 triliun.

"Padahal kalau tidak ada perikanan tangkap dan budidaya, tidak akan jalan distribusi dan pengolahan," sebut Thomas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com