Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Ekonomi Jokowi Gagal Penuhi Target

Kompas.com - 31/12/2015, 16:47 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dinilai gagal dalam merealisasikan target pembangunan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Semua asumsi makro ekonomi meleset.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan lima indikator pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, angka pengangguran, angka kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi meleset.

Hanya satu yang berhasil, yakni pengendalian inflasi. Sebab inflasi akhir tahun ini rendah.

Tapi menurut sejumlah ekonom, rendahnya inflasi yang terjadi pada tahun ini bukan karena keberhasilan pemerintah menjaga harga barang dan jasa. Namun lebih disebabkan faktor eksternal, yaitu harga komoditas yang merosot di pasar internasional.

"Jadi, tidak bisa diklaim keberhasilan pemerintah," ujar Kepala Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih, Selasa (29/12/2015).

Di tengah harga komoditas yang turun, harga minyak mentah yang saat ini menyentuh level 30 dollar AS per barrel menyebabkan tren laju inflasi menukik turun. Inflasi rendah tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.

Di APBNP 2015, target inflasi tahun ini 5 persen. Realisasi inflasi sepanjang 2015, kata Lana, diperkirakan sekitar 2,8 persen-2,9 persen. Rendahnya inflasi juga akibat melemahnya daya beli masyarakat. Lemahnya daya beli membuat konsumsi rumah tangga turun.

Kondisi ini akan membuat pertumbuhan ekonomi 2015 melemah. Dari target sebesar 5,5 persen, Lana memperkirakan, secara realistis pertumbuhan ekonomi RI di 2015 di level 4,72 persen.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya 4,8 persen. Sementara inflasi sepanjang tahun ini 2,85 persen. Melesetnya target pertumbuhan ekonomi 2015 ini berdampak pada kenaikan pengangguran dan kemiskinan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Agustus 2015, pengangguran terbuka tercatat sebanyak 7,56 juta orang atau 6,18 persen dari total angkatan kerja yang sebanyak 122,4 juta orang. Jumlah itu naik 5,94 persen dibandingkan periode sama 2014 yang sebanyak 7,24 juta orang.

Target penurunan angka kemiskinan tahun ini menjadi 10,3 persen pun gagal. Sebab per Maret 2015 tingkat kemiskinan sudah mencapai 11,2 persen.

Kurs rupiah terhadap dollar AS pun jauh dari asumsi yang ditargetkan, yaitu di level Rp 12.500. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari Rabu (30/12/2015), rupiah ada di posisi Rp 13.788 per dollar Amerika Serikat (AS).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menambahkan, selain indikator fisik, pemerintah harus memasukkan indikator lain, yakni indeks pembangunan manusia atau human development index agar lebih utuh.

Indikator tersebut misalnya tingkat kesehatan masyarakat, pendidikan, pendapatan per kapita, dan distribusi pendapatan.

"Indikator seperti ini penting untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan secara utuh," kata David. (Amailia Putri Hasniawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com