Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meneropong Peluang Bisnis Sagu di Indonesia

Kompas.com - 01/01/2016, 13:10 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

SORONG, KOMPAS.com - Komoditi sagu di pasar industri Indonesia masih terbilang sedikit. Selama ini, hanya terdapat beberapa pabrik sagu di Riau untuk menghasilkan bahan dasar sagu untuk dipasarkan di pulau Jawa.

Perum Perhutani pun akan mengembangkan industri sagu dari timur Indonesia, tepatnya di Distrik Kais, Sorong.

Peneliti bioteknologi dari BPPT Nadirman Haska mengatakan, Papua merupakan daerah dengan hutan sagu terluas di Indonesia.

Di Sorong Selatan, terdapat 349.000 hektar hutan sagu. Nantinya, pabrik milik Perhutani tersebut pabrik pertama yang berproduksi di Papua dan disinyalir menjadi yang terbesar di Indonesia.|

"Sebelumnya ada pabrik sagu juga di sini tapi sistem prosesnya belum bagus. Sistem punya kita ditiru oleh pabrik ini," kata Nadirman saat ditemui di kawasan pabrik sagu, Distrik Kais, Sorong Selatan, Kamis (31/12/2015).

Untuk produksi sagu di Riau, kata Nadirman, sebanyak 290.000 ton sagu per tahun yang dipasarkan di Banten, Jakarta, hingga Palembang.

Bahkan, hasil induatri sagu di Riau juga dipasarkan ke Malaysia, meski mereka punya pabrik sagu sendiri.|

Meski begitu, diakui Nadirman bahwa produksi sagu oleh Indonesia masih sedikit. Menurut dia, kebutuhan akan sagu pertahunnya sekitar 6 juta ton. Sementara Indonesia hanya mampu memproduksi 3 juta ton pati sagu.

"Kita impor 3 juta ton tiap tahun. Kalau hasil ini (pabrik sagu di Papua) bisa menutupi impor itu. Dengan ini, kita juga punya kesempatan ekspor," kata dia.

Nadirman mengatakan, selama ini Jepang pun meminta ekspor sagu dari Indonesia sebesar 100 ribu ton per tahun untuk produksi mi soba. Namun, hanya bisa dipenuhi oleh industri Indonesia sebesar 20 ribu ton pertahun.

Untuk pabrik sagu di Papua yang mulai beroperasi pada awal Januari 2016, Nadirman melihat bisnis yang menjanjikan.

Dari 16 ribu hektar yang dikelola untuk pabrik itu, dapat menghasilkan 6 ton sagu perhektar setiap tahunnya. Masa pembesaran pohon sagu hingga siap panen biasanya enam sampai sepuluh tahun.

"Kita bisa panen 100 sampai 120 pohon perhektar pertahun," kata Nadirman.

Nadirman menganggap sagu merupakan tanaman ajaib.

Bagaimana tidak, dengan manfaatnya yang banyak, mulai dari kulit hingga ampasnya, tumbuhan tersebut bisa tumbuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus.

Terlebih lagi, kata Nadirman, jumlah pohon sagu di Indonesia terbesar di dunia. Asalkan produksinya dilakukan secara berkesinambungan.

Tak hanya ditebangi untuk produksi, tapi juga ditanam dan dirawat agar populasinya tidak habis.

"Kalau kita tidak hati-hati mengelola ini, ini akan jadi beban. Kalau kita bijak menjadikan ini, ini akan jadi keberhasilan dan beri kemanfaatan bagi kita," tutur Nadirman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com