Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdebatan soal Blok Masela Sudah Berlangsung Lama

Kompas.com - 03/01/2016, 14:29 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Aussie Gautama menyebutkan, perdebatan sengit pembangunan kilang di Blok Masela, Maluku, sudah berlangsung lama.

Aussie menjelaskan, blok Masela ditemukan pada tahun 2000. Akan tetapi, perdebatan alot untuk membangun kilang dengan sistem kilang LNG terapung (floating LNG/offshore) ataupun dibangun di darat (onshore) itu terjadi sekitar 2008 hingga 2010 silam.

"Di 2008 sampai 2010 perdebatan onshore atau offshore sudah terjadi dan cukup sengit. Dengan looking back in the history, sangat sengit. Mungkin tidak kalah dengan diskusi yang ada sekarang," ujar Aussie dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (2/1/2016).

Ketika itu. Inpex Corporation, operator Blok Masela, mengusulkan pengembangan kilang dilakukan dengan sistem offshore atau dibangun di laut dengan kapasitas 4 miliar ton per annum. Tetapi, pemerintah tidak mengambil keputusan dan akhirnya memilih untuk melakukan studi dengan melibatkan pihak ketiga.

"Pihak ketiga melibatkan UI, ITB, ITS, Gadjah Mada, dan juga melibatkan konsultan dari luar. Dan rekomendasi dari studi ini adalah floating LNG," jelas Aussie.

Akhirnya, pemerintah pun memutuskan untuk membangun kilang terapung namun dengan kapasitas hanya 2,5 m ton per annum. Keputusan tersebut diambil sekitar tahun 2010.

Beberapa tahun usai keputusan tersebut diambil, Inpex menyampaikan hasil deliniasi pihaknya yang menemukan bahwa akumulasi cadangan gas di Lapangan Abadi itu jauh lebih besar dari evaluasi yang dilakukannya pada 2009. Karenanya, membangun kilang terapung dengan kapasitas 2,5 miliar ton per annum dinilai sangat tidak optimal.

"Mereka usulkan membuat kilang terapung 7,5 miliar ton per annum. Besar dan belum ada di dunia. Kapalnya sudah dibuat yang akan selesai 2018," papar Aussie.

Usulan Inpex untuk membangun kilang dengan kapasitas sebesar itu menimbulkan polemik besar baik di pemerintah maupun SKK Migas. Bahkan, muncul dua kubu di SKK Migas, yaitu yang menginginkan kilang terapung (offshore) dan kilang darat (onshore).

"Kementerian ESDM pun akhirnya buat lagi studi dengan pihak ketiga. Hasilnya kembali floating LNG yang dipilih. Jadi memang berkali-kali konsep pengembangan ini sudah diuji berbagai pihak dan selalu kembali ke floating LNG," terang Aussie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com