Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli: Jokowi Itu Ada ‘Gus Dur-nya’..

Kompas.com - 10/01/2016, 22:46 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – ‘Semua salah Jokowi..’ Begitulah ungkapan yang sering berserak di media sosial dari para haters orang nomor satu di Indonesia itu, bahkan terkadang untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali.

Tetapi bagi Rizal Ramli, seorang mantan aktivis era Orde Baru, Jokowi memiliki sisi unik dan menarik, yang mengingatkannya pada Gus Dur.

“Jokowi itu ada ‘Gus Durnya’, tidak suka formalitas, tidak terlalu protokoler. Saya senang banget, karena saya juga tidak suka diatur-atur,” ungkap Rizal saat berbincang santai dengan media di kantor Tribun Jakarta, Kamis (7/1/2016).

Rizal senang dengan semangat Jokowi yang selalu ingin agar para pembantunya menelurkan terobosan, terobosan, dan terobosan. “Jangan yang biasa-biasa saja. Kalau terobosan itu, saya paling senang,” katanya.

Sedikit dia bercerita tentang terobosan jaminan kesehatan nasional (JKN). Menurut Rizal, JKN merupakan terobosan bukan hanya bagi kaum pekerja melainkan juga kalangan bisnis.

Rizal yang pada saat menyuarakan itu masih berada di luar sistem pemerintahan, diam-diam turut demonstrasi memperjuangkan JKN. Memang, kata Rizal, memperjuangkan sebuah terobosan tidaklah mudah. Banyak halangan datang.

Sebagaimana saat ia memperjuangkan JKN, koleganya sendiri, seorang pebisnis kenamaan sangat anti adanya JKN. Lucunya, kata Rizal, koleganya itu tidak mau terima dengan ide JKN lantaran yang menyuarakan adalah kaum buruh.

“Saya bilang ke dia, 'di belakang mereka itu saya yang desain'. Lalu dia pun bilang; 'Kalau kamu yang bilang, saya percaya kamu paham'. Lalu saya bilang ke dia; 'Kamu itu selalu lihat penyanyinya, tidak pernah mendengarkan lagu apa yang dinyanyikan',” kata Rizal.

Sementara itu, ketika ditanyakan apa yang menjadi fokusnya di pemerintahan Jokowi ini, Rizal malah mengaku, nasibnya tidak jauh beda dibandingkan pada masa pemerintahan Gus Dur.

Pada saat itu, kata dia, Gus Dur sering kali memberikan misi-misi khusus. “Nasib saya persis kayak jaman Gus Dur. Saya pegang Bulog. Tiba-tiba Gus Dur telepon, 'Rizal itu IPTN rugi raturan miliar. Saya minta kamu beresin',”kata Rizal menirukan perintah Gus Dur.

“Saya bilang; 'Gus, apa Gus enggak salah telepon? Saya kepala Bulog, Gus. Telepon Menteri BUMN kek, Menteri Industri kek',” sambung Rizal.

Akhirnya setelah beradu argumen panjang dengan Abdurahman Wahid, Rizal pun kalah dan bersedia menjalankan misi khusus untuk melakukan restrukturisasi IPTN.

Rencana bisnis yang dibuatnya berhasil, sehingga IPTN yang tadinya merugi ratusan miliar, menjadi untung Rp 10 miliar. Nama IPTN pun berganti menjadi PT Dirgantara Indonesia (Persero).

Di era Jokowi, misi khusus yang sudah dilakukannya adalah membentuk organisasi semacam OPEC untuk minyak sawit mentah (CPO) bersama Malaysia. Kesepakatan sudah diteken November 2015 lalu.

Adapun misi khusus kedua adalah Rizal diminta membereskan sengkarut PDAM.

“Jadi Pak Presiden minta, 'Rizal beresin ini'. Saya bilang; 'Mas, saya hanya mau (beresin) 50 PDAM dulu. Kita tes. Kalau sukses, ini kita akan ke 200 PDAM lainnya',” terang Rizal.

Selain beberapa kemiripan Jokowi dengan Gus Dur, Rizal juga memberikan pandangan yang berbeda tentang sosok pemimpinnya itu. Menurut Rizal, Jokowi merupakan sosok memiliki kepekaan dari kekuasaan dalam kultur Jawa.

Presiden Jokowi di mata Rizal adalah pemimpin yang tahu momen atau timing, kapan harus bergerak atau menunda suatu keputusan.

“Jokowi juga memiliki common sense yang kuat sekali. Bisa melihat masalah dengan sederhana,” kata Rizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com