Data Bloomberg menunjukkan, pukul 09.00 WIB mata uang garuda berada di posisi Rp 13.923 per dollar AS, turun dibandingkan penutupan akhir pekan lalu pada 13.910.
Pada pembukaan perdagangan rupiah bahkan sempat melorot hingga level 13.974.
Jumat (15/1/2016) lalu, di pasar spot, rupiah ditutup melemah tipis 0,02 persen ke Rp 13.910 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatat pelemahan rupiah sekitar 0,06 persen ke Rp 13.886 per dollar AS.
Research and Analyst Monex Investindo Futures Agus Chandra menilai, pelemahan rupiah itu akibat sentimen eksternal. Klaim pengangguran di Amerika Serikat masih aman, sementara bursa China melemah dan menekan mata uang Asia.
"Tapi, defisit neraca dagang domestik yang mengecil mampu meminimalisir pelemahan rupiah," ujarnya seperti dikutip Kontan.
Agus memperkirakan, rupiah masih rawan melemah ke kisaran Rp 13.780-Rp 14.000 per dollar. " Jika bursa China masih jeblok, rupiah kembali terimbas," ujarnya.