Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terminal LNG Mini Pertama di Indonesia Beroperasi Tahun Ini

Kompas.com - 23/01/2016, 09:07 WIB
Ramanda Jahansyahtono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terminal mini Liqufied Natural Gas (LNG) pertama di Indonesia akan beroperasi tahun ini. Terminal yang diberi nama Benoa LNG Terminal ini nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan gas sebesar 40 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) di Pesanggaran Bali.

Direktur PT Pelindo Energi Logistik (PEL) sebagai pengelola Benoa LNG, Gembong Primajaya mengatakan, Benoa LNG akan mulai beroperasi pada Maret 2016 tahun ini.

Kargo pertama rencananya akan dikirimkan pada tanggal 1 Maret 2016, sedangkan untuk terminal akan mulai beroperasi sekitar seminggu lebih cepat. "Kargo akan dikirimkan tanggal Maret, sedangkan lokasi akan sudah mulai beroperasi satu minggu sebelumnya," ujar Gembong di Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Terminal yang beroperasi di Benoa, Bali ini akan resmi beroperasi setelah PEL menandatangani kerjasama senilai 500 Juta Dollar A.S dengan PT. Indonesian Power.

Selain itu, PEL juga menjalin kerjasama senilai Rp 100 Juta Dollar A.S dengan Jaya Samudera Karunia Grup (JSK Grup) untuk membangun fasilitas Floating Regasification unit (FRU) dan Floating Storage Unit (FSU). Berbeda dengan Terminal LNG yang konvensional, LNG Benoa ini memisahkan fasilitas untuk proses gratification dengan fasilitas penyimpanan (storage).

Hal ini dilakukan, kata Gembong, karena lokasi yang terbatas. "Di Bali, kapal berukuran yang besar akan sulit beroperasi," ujar dia.

Konsep pemisahan antara FRU dengan FSU dinilai paling ideal untuk Indonesia yang merupakan kawasan kepulauan. Selain itu, waktu pembangunan infrastruktur seperti ini juga diklaim relatif jauh lebih cepat daripada pembangunan infrastruktur di darat.

Chief Excecutive Officer JSK Dennis S.K. mengatakan Benoa LNG akan jadi proyek percontohan. Sehingga bisa menjadi awal untuk pembangunan teknologi energi yang efisien ke depannya.

"Sebagai catatan, setiap 1.000 MW PLTD yang dikonversi menjadi gas dapat menghemat subsidi BBM sebesar Rp 9,6 triliun per tahun," ucap Dennis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com