Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persaingan Bisnis OTT Semakin Sesak, Operator Waspada

Kompas.com - 11/02/2016, 18:02 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Sumber KONTAN
JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring pesatnya perkembangan teknologi, jumlah pemain Over The Top (OTT) juga terus bertambah. Maraknya OTT seperti WhatsApp, Line dan sebagainya ini disinyalir bakal menggerus pendapatan operator telekomunikasi.

Sederhananya, bisnis OTT menjalankan layanannya dengan menumpang pipa bandwidth milik operator telekomunikasi. Tidak heran jika trafik internet Indonesia ke luar negeri sangat tinggi.

Salah satu operator, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), mewaspadai pertumbuhan OTT di Indonesia, terutama OTT asing. Perusahaan pelat merah ini berupaya untuk melihat OTT sebagai peluang.,

“Ada yang melihat sebagai ancaman, beberapa menganggap sebagai peluang dan sebagian besar pasrah melihat serbuan OTT. Kalau Telkom termasuk yang optimis. Kita sudah ada strategi menghadapi fenomena ini,” ujar Direktur Konsumer Telkom Dian Rachmawan, Kamis (11/02/2016).

Menurut dia, ada empat area OTT yang bersinggungan dengan perusahaan telekomunikasi. Pertama, OTT Voice dan OTT Messaging/Social Media seperti Skype, Whatsapp, LINE, Viber, KakaoTalk, GoogleTalk, Wechat, dan Telegram. Jenis OTT ini sudah lama menggerus pendapatan suara dan layanan pesan operator.

Sedangkan dua OTT berikutnya yaitu OTT Content atau Video, dan OTT Cloud Computing diyakini akan menjadi OTT dengan pertumbuhan tertinggi berikutnya.

Para pemain OTT ini dianggap sebagai pesaing yang berbahaya bagi operator karena tidak mengeluarkan investasi besar, tetapi bisa mengeruk keuntungan di atas jaringan milik operator.

Seiring perkembangan, OTT digolongkan berbasis kepada aplikasi, konten, atau jasa. Golongan pelaku usaha  yang masuk OTT diantaranya Facebook, Twitter, atau Google.

Menurut Dian, OTT menjadi booming pada suatu negara ketika memiliki penetrasi broadband coverage yang luas dengan akses kecepatan yang memadai sekurang-kurang-nya 10 mbps. Dan satu tahun terakhir ini, Telkom secara massive membangun broadband melalui Indihome Fiber dan 4G mobile.

“Kami sedang bertransformasi untuk menangkap peluang bisnis baru tersebut. Pada saatnya nanti, Telkom tidak akan lagi disebut Telco, tapi Digital Company (Dico),” kata dia.

Strategi Telkom dalam menghadapi OTT pada 4 area pertarungan itu adalah di layanan suara mempertahankan jasa voice eksisting dan menawarkan kualitas suara yang lebih baik untuk dapat menarik minat pengguna.

Di media sosial, Telkom melakukan manage retreat. Di video atau content menawarkan platform internet TV, dan mengajak konten yang ‘haus bandwidth’ menjadi salah satu konten yang disalurkan melalui platform internet TV milik Telkom sehingga tidak memakan bandwidth internet pelanggan.  

Sedangkan di Cloud/IoT/M2M  menawarkan platform cloud computing dengan mengoptimalkan infrastruktur milik Telkom. Misalnya, penggunaan data center atau solusi dari TelkomSigma. (Hendra Gunawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com