Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

INACA: Penurunan Tarif Pesawat Sebesar 5 Persen Hanya Dirasakan di "Peak Season"

Kompas.com - 11/02/2016, 21:18 WIB
Ramanda Jahansyahtono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penurunan tarif batas atas angkutan udara oleh Kementerian Perhubungan sebesar 5 persen dinilai hanya akan efektif pada musim puncak atau peak season.

Sekertaris Jenderal Indonesia National Carriers Association (INACA) Tengku Burhanuddin mengatakan selama ini biasanya tarif batas atas hanya diberlakukan maskapai pada peak season.

Hal ini berhubungan erat dengan permintaan masyarakat akan tiket pesawat.  

“Di peak season, seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru permintaan akan besar sehingga harga perlu dibatasi karena berapapun harganya masyarakat akan beli," katanya, Kamis (11/2/2016).

Namun, kata dia, ketika di luar peak season, permintaan tiket pesawat bakal rendah, sehingga harga cenderung akan turun.

"Maskapai tidak akan menggunakan batas atas harga tiket. Dijualnya akan di tengah-tengah, antara harga batas atas dan batas bawah," lanjut Tengku.

Untuk 2016 ini, akan ada banyak potensi peak Season. "Hari libur panjang, Lebaran, Hari-hari raya lainnya akan jadi peak season. Mungkin sekarang-sekarang tidak ada, tapi besok lusa akan ada," pungkas Tengku.

Seperti yang diberitakan, seiring dengan turunnya harga avtur dan Kurs Rupiah terhadap dollar, Kementerian Perhubungan menurunkan tarif batas atas dan batas bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi pesawat dalam negeri sebesar 5 persen.

Peraturan ini ditetapkan 28 Januari 2016 lalu dan akan diberlakukan 30 hari setelah diundangkan. Artinya, peraturan ini akan mulai berlaku pada tanggal 28 Februari 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com