Menurut Dzulfian, banyak negara di dunia sekarang ini sedang gencar melakukan perang mata uang atau currency war, guna mendongkrak nilai ekspor dan perekonomian mereka yang terancam resesi.
"Jika hal ini terus terjadi, maka ekspor migas dan non-migas kita akan semakin terpukul. Solusi untuk mencari pasar alternatif dan diversifikasi pasar menjadi agenda mendesak pemerintah," sambung Dzulfian.
Dari sisi impor, dia menambahkan, pemerintah perlu mewaspadai penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal, namun di sisi lain terjadi kenaikan barang konsumsi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari 2016, terjadi penurunan nilai impor bahan baku/penolong sebesar 22,03 persen dan penurunan impor barang modal sebesar 18,96 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Sedangkan impor barang konsumsi pada Januari 2016 mengalami kenaikan drastis sebesar 47,68 persen dibandingkan Desember 2015.
"Penurunan impor bahan baku/penolong serta barang modal mengindikasikan pelemahan produksi industri nasional. Sebab, industri Indonesia sangat bergantung pada barang-barang impor dalam proses produksinya," kata Dzulfian.