Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Rate dan GWM Primer Turun, Saatnya Bank Turunkan Suku Bunga Deposito dan Kredit

Kompas.com - 19/02/2016, 15:56 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 7 persen dan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah menjadi 6,5 persen.

Bank sentral menyatakan, penurunan kedua instrumen moneter ini bertujuan untuk menurunkan suku bunga dan menambah likuiditas di pasar.

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyatakan, tambahan likuiditas sebesar Rp 34 triliun dari penurunan GWM Primer cukup besar untuk menambah likuiditas perbankan.

Dengan demikian, Juda menyatakan bank sentral memandang sudah saatnya perbankan pun menurunkan suku bunga deposito.

Juda menyebut, ketika likuiditas mengetat, kemungkinan ada alasan perbankam untuk menaikkan suku bunga depositonya.

Namun, saat likuiditas sudah ditambah seperti saat ini, perbankan pun sebaiknya dapat menurunkan suku bunga dananya.

"Kan likuiditas sudah kita tambah Rp 34 triliun. Menurut hemat kami ini cukup untuk menambah likuiditas perbankan, sehingga mereka sudah waktunya menurunkan suku bunga deposito, lalu berikutnya suku bunga kredit," kata Juda di Jakarta, Jumat (19/2/2016).

Lebih lanjut, Juda menjelaskan, belajar dari pengalaman ketika bank sentral menurunkan BI Rate dan GWM pada tahun 2011 silam, kebijakan ini cukup cepat tertransmisi ke perbankan.

Menurut dia, pada bulan kedua pasca penurunan BI Rate, suku bunga deposito seharusnya sudah ikut turun.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, efek kebijakan bank sentral dalam menurunkan BI Rate dan GWM Primer paling cepat dapat dirasakan dalam periode satu bulan.

"Transmisi kebijakan BI Rate dan GWM Primer yang diturunkan kita harapkan akan bisa efektif dan bisa dirasakan itu di antara 1 sampai 3 bulan. Karena di Januari sudah diturunkan BI Rate, sekarang ada penurunan lagi tentu hal ini merupakan satu upaya untuk membuat transmisi ini semakin efektif," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com