Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Usaha Tunggu Peraturan Kilang Mini

Kompas.com - 23/02/2016, 16:12 WIB

KOMPAS.com - Sudah ada rencana pemerintah melakukan pengembangan delapan kilang mini dengan kapasitas masing-masing di kisaran 10.000 barrel per hari. Kilang yang terbilang berskala kecil, menurut data dari laman esdm.go.id, hari ini, bakal dibangun di Sumatera Utara, Selat Panjang Malaka, Riau Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Maluku.

Rinciannya, kilang mini di Sumatera Utara bakal dibangun di dekat Blok Rantau dan Pangkalan Susu. Kemudian, kilang mini Selat Panjang Malaka berada di dekat Blok Emo Malacca Strait dan Petroselat, di Riau dekat dengan Blok Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, dan WestArea, serta kilang mini Jambi di dekat Blok Palmerah, Mengoepeh Lemang, dan Karang Agung.

Selanjutnya, kilang mini di Sumatera Selatan berada di sekitar Blok Merangin III dan Ariodamar, di Kalimantan Selatan di sekitar Blok Tanjung, di Kalimantan Utara dekat Blok Bunyu Sembakung, Mamburungun, dan Pamusian Juwata, dan di  Maluku di sekitar Blok Oseil dan Bula.

Rencana pemerintah, kilang-kilang mini itu untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. BBM ini, sebagaimana diketahui, masih impor.

Sementara itu, masih menurut laman tersebut, kilang mini menjadi pilihan lantaran ada efisiensi biaya pengangkutan minyak mentah. Soalnya, kilang akan dibangun di dekat sumur minyak. Dengan demikian, pembangunan kilang sekaligus bisa menekan biaya pemulihan (cost recovery) karena tidak perlu mengangkut minyak mentah ke penampungan terapung (floating storage) yang letaknya jauh.

Namun demikian, seturut pernyataan Dirjen Migas ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja beberapa waktu lalu, sampai kini pemerintah masih menggodok aturan teknis berupa peraturan menteri (permen) ihwal pengaturan pengembangan kilang mini. Aturan tersebut menyangkut pula formula harga jual minyak mentah sesuai dengan nilai keekonomian kilang mini.

Diskusi

Catatan terkumpul menunjukkan pelaku usaha yang bakal berpartisipasi pada sektor kilang mini memang terbilang masih terbatas. Dari tiga pelaku usaha, salah satunya adalah PT Tri Wahana Universal (TWU) yang memunyai kapasitas 16.000 barrel per hari di Bojonegoro, Jawa Timur.

Kini, operasionalisasi perusahaan tengah terhenti. Pasalnya, belum ada kesepakatan tentang alokasi dan formula harga untuk pasokan minyak mentahnya. Informasi terkini, terkait TWU, masih ada Focus Group Discussion (FGD) yang tengah berlangsung dan belum menghasilkan keputusan.

Sejauh ini, keberadaan kilang mini TWU tersebut sejak 2009, menurut riset Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (LPPM UGM), diklaim memberikan dampak positif bagi perekonomian dan sosial di wilayah sekitar.

Riset pada 2014 dari LPPM UGM menunjukkan adanya dampak berantai nilai tambah ekonomi mencapai Rp 1,3 triliun di tingkat Kabupaten Bojonegoro. Kemudian, hal sama terjadi di tingkat Provinsi Jawa Timur sebesar Rp 2,6 triliun dan secara nasional sebesar Rp 9,8 triliun.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com