Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bursa "Bullish", Pasar AS Optimistis Hindari Resesi

Kompas.com - 07/03/2016, 07:13 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Sumber Reuters
NEW YORK, KOMPAS.com - Menghijaunya bursa Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan belakangan menimbulkan optimisme akan berlanjutnya upaya rebound.

Membaiknya data perekonomian di AS dalam beberapa minggu ini juga menenangkan ketakutan akan terjadinya resesi di AS.

Pada laporan data pekerjaan di AS hari Jumat lalu, mencatatkan bahwa upah pekerja di AS per Februari naik dari ekspektasi, yang membuat kekhawatiran menurun.

Indeks S&P 500 mencapai "gain" dalam 10 dari 15 sesi perdagangan sejak 11 Februari 2016. pada Jumat lalu, indeks ini mencapai rata-rata pergerakan ke 100 hari sejak 2016.

Sebagian dari indeks sektoral S&P 500, termasuk energi, berubah jadi positif, setelah sebelumnya turun tajam.

Data lain menunjukkan indeks transportasi Dow Jones DJT juga meningkat diatas rata-rata pasar dengan kenaikan 1,9 persen sejak 31 Desember 2015, lebih dikarenakan naiknya harga minyak. Sementara indeks S&P 500 turun 2,2 persen.

"Jika hal ini dinilai sebagai tanda resesi, penilaian itu harus Anda tarik kembali," kata Jim Paulsen, chief investment officer dari Wells Capital Management di Minneapolis.

Menurut dia, indeks S&P 500 berpeluang mengulang kembali kenaikan terbesar di Mei 2015 saat ditutup 2.130,82.

Dia dan analis lain berharap data positif akan terus mendukung pandangan bahwa AS akan terhindar dari resesi, walaupun banyak analis lain juga masih ragu, karena ada banyak hal yang bisa menganggu pasar.

Misalnya saja, ketika sebagian investor bergembira akan hasil data upah pekerja di Jumat, sebagian investor lain khawatir akan berlakunya kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini.

Donald Selkin, chief market strategist di national Securities di New York mengatakan sejumlah investor melihat bahwa saat ini Federal Reserve masih menggantung keputusan untuk menaikkan suku bunga, untuk membantu kenaikan saham dalam beberapa minggu belakangan.

Sementara itu, sejumlah bank utama di Wall Street berharap federal Reserve menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga akhir tahun, atau menurun dari ekspektasi kenaikan semula.

Data ekonomi, kebijakan Federal Reserve dan kalender kinerja akan menjadi catatan pada perdagangan saham AS sepekan ini. Harga minyak juga akan tetap jadi faktor dominan.

"Anda tidak ingin harga minyak kembali dibawah 50 dollar AS per barrel," kata Selkin.

Indeks energi SPNY yang menjadi sektor dengan kinerja terburuk sepanjang 2015, saat ini sudah naik 20 persen sejak level terendah di 20 januari 2016.

Membaiknya harga minyak, bersamaan dengan melemahnya dollar, akan mendorong penerimaan AS, yang diperkirakan turun selama tiga kuartal berturut-turut pada paparan kinerja di kuartal I 2016.

"Saya rasa, risiko berhasil dihilangkan. tapi satu hal yang membuat kami tetap waspada adalah estimasi revisi untuk pendapatan dan penjualan dimana tren-nya sangat lemah," kata Dan Suzuki, analis senior untuk Bursa AS di Bank of America Merrill Lynch di New York.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com