Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Dua Raksasa Dunia Ini yang Bikin Rupiah Menguat

Kompas.com - 07/03/2016, 20:09 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa hari mengalami penguatan, bahkan data Bloomberg untuk perdagangan hari ini menunjukkan, rupiah sempat menyentuh level 12.984 per dollar AS.

Sayangnya, penguatan rupiah dinilai lebih banyak dimotori faktor eksternal.

"Secara umum, penguatan rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, khususnya perkembangan isu perekonomian terkini di ekonomi terbesar pertama, yaitu Amerika, dan terbesar kedua, yaitu China," kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian kepada Kompas.com, Senin (7/3/2016).

Dzulfian menuturkan, akhir pekan lalu, Pemerintah China mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan melakukan reformasi ekonomi, khususnya pada sejumlah BUMN, dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

Bahkan, dia melanjutkan, Pemerintah China juga mewacanakan adanya kepemilikan gabungan (mixed ownership) atau privatisasi atas sejumlah BUMN mereka.

"Hal ini tentu menjadi kabar sangat menggembirakan bagi para investor, mengingat China memiliki sekitar 150.000 BUMN dengan total aset sekitar 15 triliun dollar AS dan mempekerjakan lebih dari 30 juta orang," imbuh Dzulfian.

Selain itu, Pemerintah China juga menampik kabar bahwa perekonomiannya akan mengalami pendaratan keras akibat perubahan struktur perekonomian yang awalnya berbasis ekspor dan investasi menjadi berbasis konsumsi domestik.

"Hanya, mereka mengakui bahwa ketidakpastian dan ketidakstabilan global memberikan dampak negatif bagi perekonomian mereka," ujar Dzulfian.

Pemerintah China, lanjut Dzulfian, juga memasang target pertumbuhan ekonomi 2016 di kisaran 6,5 persen hingga 7 persen, dan tidak akan pernah lebih rendah dari 6,5 persen dalam lima tahun ke depan.

"Angka ini cukup memberikan kepercayaan diri pasar mengingat tren pertumbuhan ekonomi China yang terus menurun, bahkan tahun lalu menyentuh titik terendah dalam 25 tahun terakhir, yaitu hanya sebesar 6,9 persen," kata dia.

Tentu saja, kata Dzulfian, kabar gembira dari China itu diharapkan berdampak pada naiknya harga-harga komoditas.

Jika harga komoditas kembali bangkit, maka ekspor Indonesia lambat laun akan pulih.

Hal tersebut mengingat, sebagian besar ekspor Indonesia bergantung pada komoditas dengan China sebagai salah satu pasar utamanya.

World Bank/M Fajar Marta Pertumbuhan Ekonomi China dan Rata-rata Dunia (persen)

Adapun kondisi negeri Amerika Serikat (AS) yang memengaruhi kurs adalah pemulihan ekonomi mereka. Seperti diketahui, dollar AS menguat cukup signifikan terhadap hampir semua mata uang.

Pekan lalu, Pemerintah Amerika Serikat merilis penambahan tenaga kerja baru, sekitar 242.000 orang, selama bulan Februari 2016.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com