Sementara itu, mengutip catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada pekan pertama Maret 2016, dampak El Nino bisa berlangsung hingga April tahun ini. Namun, secara keseluruhan, pada April tersebut, Indonesia memasuki musim kemarau.
Catatan penting BMKG menunjuk pada Provinsi Riau pada khususnya dan Sumatera pada umumnya. Pasalnya, di provinsi yang memunyai wilayah gambut dan menjadi salah satu basis perkebunan kelapa sawit, musim kemarau justru sudah berada di ambang pintu. Hal itu berarti, potensi kebakaran lahan di Riau dan Sumatera bisa mengemuka.
Kemudian pada Sabtu (5/3/2016), BMKG mengumumkan kepada publik ihwal munculnya 59 titik api di Sumatera. Dari jumlah itu, 45 titik api terdeteksi di Riau. Sisanya, ada 3 titik api di Aceh, 1 titik api di Bengkulu, 3 di Sumatera Barat, 1 di Sumatera Selatan, dan 6 di Sumatera Utara.
Pemangku kepentingan
Berdasarkan publikasi itu, peneliti dari Institut Pertanian Bogot Basuki Sumawinata berpandangan bahwa semua pihak terkait termasuk para pemangku kepentingan mesti pengantisipasi kebakaran lebih dini. "Solusi paling gampang adalah mempublikasikan adanya titik api. Cara publikasinya seperti ramalan cuaca saja," kata Basuki.
Basuki menambahkan, solusi lain untuk mencegah terulangnya kebakaran hutan dan lahan seperti tahun lalu adalah dengan menata kepemilikan lahan. Menurut pengamatannya, lahan yang banyak terjadi kebakaran sebetulnya oleh negara didefiniskan sebagai hutan, tapi oleh rakyat setempat diklaim sebagai miliknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.