Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan Bisnis Global Semakin Sadar akan Bahaya Kejahatan "Cyber"

Kompas.com - 18/03/2016, 19:55 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Serangan cyber terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan target perusahaan besar dan kecil, terutama yang bergerak di jasa keuangan.

Survei Pricewaterhouse Coopers (PwC) bertajuk The Global State of Information Security® di 2016, menunjukkan bagaimana para eksekutif perusahaan menilik inovasi baru dan kerangka kerja untuk memperbaiki keamanan dan memitigasi risiko perusahaan.

Dalam temuan PwC, para petinggi perusahaan setingkat direksi dan komisaris semakin khawatir akan tingginya jumlah kejahatan cyber. Mereka kemudian memikirkan ulang praktik keamanan cyber, dengan berfokus pada serangkaian teknologi inovatif yang dapat mengurangi risiko perusahaan dan memperbaiki kinerja.

"Mayoritas perusahaan (91 persen) telah mengadopsi kerangka kerja keamanan, atau seringkali, sebuah kerangka kerja terpadu dengan sektor lain," tulis laporan PwC kepada Kompas.com, Kamis (17/3/2016).

Teknologi-teknologi tersebut menghasilkan peluang yang terbuka cukup lebar untuk memperbaiki keamanan cyber dan pengamanan yang holistik serta terintegrasi melawan serangan cyber.

Menurut Michael Hurle, Lead Advisor Risk Assurance di PwC Indonesia, tidak ada suatu teknologi yang dapat dipakai bersama dalam hal keamanan cyber yang efektif.

Menurut dia, keamanan cyber merupakan perjalanan menuju sebuah kondisi di masa depan yang dimulai dengan kombinasi yang tepat antara teknologi proses dan keahlian sumber daya manusia.

"Dengan adanya komponen tersebut, keamanan cyber berpotensi untuk berperan sebagai sarana bisnis yang tak tergantikan," kata dia.

Menurut laporan ini, 69 persen responden mengatakan mereka menggunakan jasa keamanan berbasis awan untuk membantu melindungi data dan memastikan privasi dan perlindungan informasi konsumen.

Sementara dalam hal Big Data, yang seringkali dianggap sebagai titik lemah cyber, 59 responden responden menggunakan analitik yang diperkuat oleh data.

Cara ini untuk meningkatkan keamanan dengan menggeser fokus keamanan dari pertahanan berbasis lingkar dan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan informasi yang diperoleh secara real-time dengan cara yang dapat menciptakan nilai riil.

Lalu, seiring dengan meningkatnya jumlah perangkat yang terhubung dengan internet, Internet of Things tak terhindarkan. Hal itu akan meningkatkan pentingnya pengamanan jaringan berbasis awan.

Investasi yang ditanamkan untuk menangani isu-isu ini berlipat ganda pada tahun 2015, namun saat ini hanya 36 persen responden survei yang memiliki strategi khusus untuk menghadapi Internet of Things.

Selama tiga tahun terakhir, jumlah perusahaan yang menjalin kolaborasi eksternal terus meningkat. Sebanyak 65 persen responden melaporkan bahwa mereka berkolaborasi dengan pihak lain untuk memperkuat keamanan.

"Seiring dengan semakin banyaknya bisnis yang berbagi lebih banyak data dengan pelanggan dan rekanan yang jumlahnya semakin banyak, maka sudah sewajarnya jika mereka bertukar intelijen tentang ancaman dan tanggapan keamanan cyber," tulis laporan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com