Pemangkasan suku bunga acuan diperkirakan akan terjadi di April 2016, berdasarkan riset yang disusun Leo Rinaldy, Ekonom Mandiri Sekuritas, serta Wisnu Trihatmojo, Asisten Riset Mandiri Sekuritas.
"Kemungkinan tersebut, menurut kami, adalah hal yang mungkin dengan asumsi risiko domestik dan eksternal yang terukur (manageable) pada periode tersebut," papar Leo, melalui rilis ke Kompas.com, Jumat (18/3/2016).
Dalam paparan mereka, Mandiri Sekuritas menilai tekanan inflasi akan sejalan dengan target Bank Indonesia sebesar 4 persen ± 1 persen.
Inflasi inti berlanjut akan flat 3,6 persen year-on-year (kemungkinan hingga akhir semester I 2016) dan inflasi indeks harga konsumen (headline inflation) dapat lebih rendah karena pemerintah berniat memangkas harga bahan bakar minyak (BBM) pada April 2016.
Di sisi lain, rupiah diprediksi akan tetap tenang pada semester I 2016. Produk derivatif non-deliverable forward (NDF) kontrak 3-bulan rupiah saat ini ditransaksikan pada nilai Rp 13.231 per dollar AS, di mana volatilitas nilai tukar berlanjut melunak.
"Sebagai tambahan, kami meyakini penurunan BI rate kemarin sebaiknya dibarengi dengan beberapa langkah," tambah Leo.
Langkah tersebut seperti, pertama, kebijakan lain, seperti penurunan suku bunga instrumen OMO secara berkelanjutan dan juga menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) jika diperlukan.
Kedua, belanja fiskal yang kuat untuk mendukung pengganda (multiplier) belanja dan likuiditas.
Setelah dua hari rapat dewan gubernur (RDG), bank sentral memutuskan untuk memangkas BI rate, suku bunga deposit facility, dan lending rate dan berurutan dalam 3 bulan terakhir. Penurunan masing-masing sebesar 25 basis poin menjadi 6,75 persen, 7 persen, dan 4,75 persen.
"Realisasi itu sejalan dengan prediksi kami di Mandiri Sekuritas," lanjut Leo.
BI memprediksi pelonggaran moneter tersebut dapat mendorong momentum pertumbuhan dan pada saat yang sama menjaga stabilitas ekonomi.
Menurut Mandiri Sekuritas, pernyataan yang menarik kemarin adalah dewan gubernur BI akan hati-hati dalam menetapkan pelonggaran kebijakan selanjutnya berdasarkan penilaian terhadap kondisi domestik dan global.
Penurunan suku bunga instrumen operasi pasar terbuka (open market operation/OMO) itu dilakukan untuk lebih mengefektifkan transmisi moneter.
Dari sisi ekonomi, BI juga menilai pertumbuhan kuartal I 2016 lebih cepat daripada kuartal sebelumnya, di atas 5,1 persen year-on-year (dibanding 5 persen year-on-year pada kuartal IV 2015), didorong oleh permintaan domestik.