Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tax Amnesty" di Beberapa Negara Tidak Efektif, Ini Penyebabnya...

Kompas.com - 29/03/2016, 19:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Realisasi penerimaan pajak yang kecil dapat mengganggu target belanja pemerintah dalam APBN.

Hal ini disampaikan oleh ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Akhmad Akbar Susamto, di Jakarta, Selasa (29/3/2016).

Untuk mencapai target penerimaan pajak tahun ini, pemerintah sedianya berharap pada kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).

"Di tengah penerimaan pajak yang sulit, pemerintah sangat berharap mendapatkan tambahan penerimaan dari tax amnesty," kata dia.

Apabila kebijakan ini berjalan, diperkirakan akan ada tambahan penerimaan sebesar Rp 60 triliun hingga Rp 80 triliun.

Akbar mengatakan, memang kebijakan pengampunan pajak tengah merebak di beberapa negara dengan berbagai alasan.

Pakistan juga telah mengeluarkan kebijakan ini setelah pro dan kontra yang panjang.

Demikian pula dengan Thailand, mereka saat ini pun tengah membahas kebijakan pengampunan pajak.

Indonesia pada 1964 dan 1984 pun pernah mengimplementasikan kebijakan pengampunan pajak.

Sementara itu, pada 2008, ada kebijakan tax amnesty mini yang disebut dengan sunset policy.

Namun, menurut Akbar, tax amnesty tak selalu efektif.

"Banyak gagalnya juga. Salah satu sebabnya, ketiadaan basis data yang kuat terkait perpajakan, yang kira-kira membuat orang yang selama ini tidak bayar pajak itu takut," ujar Akbar.

Selama belum ada basis data ini, orang-orang yang tidak melaporkan kekayaannya akan tenang-tenang saja, apalagi jika kekayaan tersebut disimpan di luar negeri, yang relatif sulit dijangkau oleh aparat pajak.

"Jadi itu, ketika kita belum punya sistem yang bisa mengancam mereka, kemungkinan tax amnesty gagal," imbuh Akbar.

Selain itu, pengampunan pajak tidak akan efektif jika tidak ada sistem perpajakan yang mampu mengendalikan atau mempertahankan tingkat kepatuhan pajak.

Akbar mengatakan, ketika nanti kebijakan itu selesai, orang-orang belum tentu konsisten melaporkan pajaknya kembali pada tahun-tahun mendatang.

"Pengalaman kami dengan sunset policy begitu. Tahun 2008 banyak yang lapor. Namun, tahun berikutnya, yang lapor berkurang 45 persen. Jadi, banyak yang hilang lagi," ujar Akbar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com