Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberdayaan Petani Jagung Makin Perlu

Kompas.com - 04/04/2016, 19:13 WIB

KOMPAS.com - Pemberdayaan petani jagung di Indonesia makin perlu sehingga ketersediaan pasokan jagung tetap memadai. Merunut catatan termutakhir ASEAN Food Information System (AFIS) pada laman afisnc.org pada Senin (4/4/2016), terdapat informasi bahwa sampai dengan akhir 2016, Indonesia mampu menghasilkan 20,22 juta ton jagung pipilan kering. Pencapaian ini menurut AFIS melampaui negara-negara anggota ASEAN lainnya.

Dari sepuluh negara anggota ASEAN, tujuh negara yakni Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Laos, dan Kamboja adalah produsen jagung. Sementara, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura tidak menghasilkan jagung. Berturut-turut, pada periode 2016 ini, enam negara berada di bawah Indonesia untuk produksi jagung pipilan.

Tercatat, hingga 2016 usai, Filipina menghasilkan 8,04 juta ton jagung pipilan kering, Vietnam 5,23 juta ton, Thailand 4,77 juta ton, Myanmar 1,86 juta ton, Laos 1,11 juta ton, serta Kamboja 0,56 juta ton. Jika ditotal, produksi jagung pipilan kering ASEAN menyentuh angka 41,84 juta ton. Angka ini naik 0,24 juta ton atau setara 1 persen dari pencapaian 2015 di posisi 41,59 juta ton. Ihwal pencapaian serta proyeksi 2016 ini, AFIS memberikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI).   

Seperti lazimnya tanaman pertanian, jagung juga memerlukan pertumbuhan lahan. Masih menurut AFIS, di seluruh Asia Tenggara, sampai dengan berakhirnya 2016, ada kebutuhan lahan jagung hingga 9,75 hektar. Setahun silam, luas lahan jagung di kawasan tersebut mencapai 9,65 persen. Khusus Indonesia, luas panen jagung tahun ini diprediksi hanya 3,99 juta hektar atau hampir sama dengan 2015.

Sementara itu, catatan dari laman Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada kemenperin.go.id menunjukkan bahwa kebutuhan jagung untuk bahan pakan ternak di Indonesia
masih perlu disokong oleh kebijakan impor. Karena alasan itulah, pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung sebanyak 2,4 juta ton khusus untuk kebutuhan pakan ternak pada 2016. Impor itu akan direalisasikan secara bertahap sebanyak 200 ribu ton setiap bulan. Impor pada 2016 mencapai 30 persen dari total kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,6 juta ton per tahun atau sekitar 665 ribu ton per bulan.

Tentang impor ini, pemerintah memang sudah menunjuk Badan Urusan Logistik (Bulog) pada Januari 2016 sebagai lembaga yang ditugaskan mengimpor jagung. Setidaknya, jagung asal negara-negara asing bakal masuk ke Indonesia sampai dengan akhir Maret 2016.

Masih berkenaan dengan impor jagung, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (Gappi) Anton J Supit berpandangan bahwa pemerintah tetap melibatkan pihak
swasta. Selain itu, yang tak kalah penting adalah pemberdayaan petani jagung di Indonesia. Cara-cara yang bisa ditempuh adalah dengan mengintegrasikan seluruh proses mulai dari penyediaan bibit, lahan hingga penjualan produk jagung ke pasar.

Kementerian Pertanian, misalnya, sejak setahun silam, sudah mempermudah ketersediaan bibit jagung. Lalu, kementerian itu sudah memasukkan pertanian jagung sebagai sektor yang mendapatkan bantuan alat-alat pertanian. Pada intinya, sebagaimana pernah disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pemberdayaan ini menempatkan petani jagung sebagai pelaku utama.

Catatan terkini dari laman kementan.go.id menunjukkan stok jagung nasional dari Februari 2016 hingga April 2016 mencapai 4 juta ton. Sementara, menurut laman bulog.co.id, harga beli Bulog untuk jagung dari petani rata-rata di bawah Rp 4.000 per kilogram. Harga jual ideal jagung ada di angka Rp 3.500 per kilogram.

    

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com