JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Keuangan dan Investasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kemal Imam Santoso menyatakan, pihaknya menggunakan beberapa instrumen investasi.
Untuk jangka pendek, instrumen yang digunakan antara lain deposito, giro dan tabungan.
Sementara itu, investasi jangka panjang ditempatkan di reksa dana, saham dan Surat Berharga Negara.
"Di SBN paling besar, sekitar 30 sampai 35 persen," kata Kemal di Jakarta, Rabu (13/4/2016).
Pada tahun 2015 lalu, hasil investasi netto BPJS Kesehatan di 2015 mencapai Rp1,8 triliun.
(Baca : Imbal Hasil Terus Menurun, BPJS Kesehatan Berharap "Yield" Investasinya Tetap di Atas BI Rate)
Kemal memperkirakan, pada tahun 2016 ini hasil investasi dapat tumbuh 12 persen.
"Strategi mencapai pertumbuhan investasi tetap mengacu pada pemenuhan likuiditas. Jadi, strateginya bisa berubah dalam sepekan," jelas Kemal.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris mengungkapkan, penerimaan BPJS Kesehatan dari aktivitas investasi pada tahun 2015 mencapai Rp 8,65 triliun.
Ini meningkat 102,67 persen secara tahunan (year-on-year).
Adapun pengeluaran tercatat Rp 6,83 triliun, meningkat 149,25 persen.
"Dengan demikian, arus kas netto dari aktivitas investasi Rp1,83 triliun atau naik 47,37 persen (yoy). Sedangkan, kami memiliki kas pada akhir periode (2015) sebesar Rp 1,94 triliun, naik 391,92 persen," terang Kemal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.