JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam pertemuan antara Menteri Perindustrian Saleh Husin dengan Asosiasi Jasa Perawatan Pesawat Indonesia atau Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA), di Jakarta, Selasa malam (12/4/2106), terungkap potensi bisnis jasa perawatan di Indonesia.
Jasa perawatan pesawat atau disebut bisnis Maintenance, Repair dan Overhaul (MRO) merupakan bisnis yang menjanjikan kedepannya.
Ketua Dewan Pimpinan IAMSA Richard Budihardianto mengatakan perusahaan MRO di luar negeri terus meningkatkan kapasitas dan penyediaan fasilitas.
Dia menghitung, peluang bisnis MRO didapat dari anggaran pemiliharaan setiap maskapai yang sedikitnya USD 1 miliar atau sekitar Rp 13,2 triliun per tahun.
“Dengan kenaikan jumlah penumpang rata-rata 15 persen per tahun dan bahkan lebih maka industri MRO nasional harus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Jika kita tidak bangun sendiri, asing yang akan ambil peluang,” kata dia.
Di Indonesia sendiri saat ini dikembangkan kawasan industri MRO terintegrasi di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. (Baca: Bisnis MRO Lion Air Terganjal Sewa Lahan di Batam)
PT Bintan Aviation Investment membangun proyek Bintan Airport & Aerospace Industry Park dengan luas lahan kawasan bandara 800 hektare dan kawasan industri 510 hektare.
Terkait kawasan industri MRO terintegrasi seperti di Bintan, Putu mengatakan industri pemeliharaan pesawat berpotensi menjadi klaster penghela di kawasan terkait.
Ke depan, industri perawatan dapat menumbuhkan industri komponen pesawat dan selanjutnya memacu industri pesawat baru. (Baca: Pemerintah Diharapkan Fokus Kembangkan Industri Perawatan Pesawat)
Kawasan industri di Bintan, lanjut dia, diharapkan mampu mendorong dibangunnya fasilitas MRO serupa di beberapa lokasi di kawasan Indonesia lainnya.
Ini seiring terus meningkatnya penerbangan nasional mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan transportasi udara untuk lalu lintas penumpang, barang, termasuk obat-obatan yang mesti didistribusikan dengan cepat.