Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Kiat Berinvestasi di Reksa Dana Saham

Kompas.com - 27/04/2016, 11:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang profil risikonya paling tinggi dibandingkan reksa dana lain akan tetapi jenis reksa dana ini juga merupakan yang paling diminati oleh investor di Indonesia. Seperti apa kiat untuk berinvestasi pada reksa dana jenis ini?

Dilihat dari besaran dana kelolaannya, jenis reksa dana saham merupakan jenis dengan dana kelolaan terbesar. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa reksa dana saham merupakan yang paling diminati oleh investor baik perorangan ataupun institusi di Indonesia.

Berdasarkan ketentuan dalam peraturan OJK, kebijakan investasi yang berlaku untuk reksa dana saham adalah minimal 80 persen di instrumen saham.

Saham sendiri merupakan instrumen investasi yang lebih berisiko dibandingkan obligasi, namun memiliki potensi imbal hasil yang lebih besar pula.

Berbeda dengan obligasi yang memiliki kupon yang pasti dan tanggal jatuh tempo, saham tidak selalu membagikan dividen dan tidak memiliki tanggal jatuh tempo.

Akibatnya dalam berinvestasi di saham, manajer investasi lebih mengandalkan potensi keuntungan dari kenaikan harga dibandingkan pembagian dividennya.

Kenaikan harga saham sendiri dalam jangka panjang ditentukan oleh fundamental perusahaan. Yang dimaksud dengan fundamental perusahaan pada dasarnya adalah apakah perusahaan dapat menjaga pertumbuhan laba bersih dari waktu ke waktu.

Dalam jangka pendek, kinerja saham dapat ditentukan oleh banyak hal mulai dari valuasi, sentimen pasar, perubahan kondisi ekonomi atau peraturan terkait kegiatan usaha perusahaan, hingga aliran dana asing yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mungkin terjadinya saja tidak di Indonesia.

Sebagai contoh, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi di China, krisis utang yang menimpa negara Uni Eropa dan hasil pemilihan Presiden di Amerika Serikat bisa turut mempengaruhi aliran dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia.

Karena banyaknya variabel tersebut, kinerja saham dalam jangka pendek sangat sulit untuk diramalkan dan tidak selalu positif.

Sebagai contoh, dalam 5 tahun terakhir sejak 2011 hingga 2015, rata-rata reksa dana saham membukukan kinerja positif di tahun 2012 dan 2014, dan kinerja negatif di 2011, 2013 dan 2015.

Jika anda mulai berinvestasi di reksa dana saham sejak awal tahun 2011 dengan nilai investasi Rp 100 juta, terlepas sempat mengalami kinerja negatif selama 3 tahun, di akhir tahun 2015 nilai investasi tersebut kurang lebih sudah berkembang menjadi Rp 115 juta.

Dan jika anda tidak menarik uang tersebut, hingga April 2016 ini sudah berkembang menjadi sekitar Rp 121 juta. Hasil ini dapat berkembang lagi jika kinerja saham positif hingga akhir tahun mengikuti tren perbaikan perekonomian di Indonesia.

Itulah alasan utama mengapa reksa dana saham hanya direkomendasikan bagi investor yang mau berinvestasi dalam jangka panjang.

Investasi reksa dana saham dalam jangka panjang memang tidak ada jaminan pasti akan selalu menguntungkan, namun apabila kinerja perekonomian terus meningkat, begitu pula dengan penjualan dan laba bersih perusahaan, maka harga saham juga seharusnya akan mengikuti tren tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com