Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Kelautan dan Perikanan Butuh Banyak SDM Handal

Kompas.com - 03/05/2016, 12:50 WIB
Muhammad Fajar Marta

Penulis

 

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Menko Maritim Rizal Ramli, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, industri perikanan dan kelautan memasuki babak baru.

Industri kelautan dan perikanan yang dulunya hanya menjadi pelengkap, kini mulai diprioritaskan dan perlahan-lahan mulai membaik serta menunjukkan prospek cerah.

“Perkembangan industri kelautan dan perikanan yang menggembirakan ini harus diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang handal, agar pertumbuhannya berkelanjutan,” kata Suadi, Akademisi dari Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta saat dihubungi Selasa (3/5/2016).

Menurut Suadi, untuk mengelola sektor kemaritiman dibutuhkan para profesional, pendidik, dan peneliti yang memahami dan menguasai kebutuhan, keragaman dan dinamika sektor tersebut.

Sayangnya, perguruan tinggi di Indonesia yang mengembangkan program studi di bidang kelautan dan perikanan hanya berjumlah 50 perguruan dengan level organisasi yang sangat beragam.

Terlebih lagi, pada masing-masing perguruan tinggi tersebut, bidang kelautan dan perikanan baru sebatas menjadi laboratorium, program studi atau hanya jurusan.

UGM sendiri, menurut Suadi tengah dalam proses pembentukan Fakultas Kelautan dan Perikanan. Saat ini di UGM, perikanan baru menjadi jurusan yang berinduk pada Fakultas Pertanian.

“Proposal untuk menjadi Fakultas Kelautan dan Perikanan sudah disetujui Senat Fakultas Pertanian UGM. Sekarang tinggal menunggu persetujuan Senat Universitas,” kata Suadi yang menjabat Ketua Lab Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM.

Dengan menjadi Fakultas, akan lebih banyak potensi yang bisa dimanfaatkan secara cepat dan maksimal.

Kurang kompetitif

Suadi menambahkan, tidak hanya pada masalah jumlah, produk pendidikan kelautan dan perikanan di Indonesia juga masih kurang kompetitif.

Pada industri pelayaran misalnya, lulusan pendidikan dari Indonesia kurang bisa bersaing di industri pelayaran internasional karena tidak memiliki berbagai keahlian dan keterampilan.

Akibatnya saat ini, Indonesia hanya mampu menghasilkan kelas ratings atau kelas terendah (tanpa sertifikat) dalam struktur karir kepelautan.

“Persoalan lainnya, persebaran perguruan tinggi negeri di bidang kelautan dan perikanan terkonsentrasi di Pulau Jawa. Kualitas pendidikan juga sangat timpang antar wilayah,” kata doktor lulusan Tokyo University of Agriculture and Technology ini.

Pendidikan kelautan dan perikanan, kata Suadi,  juga tidak memiliki keterkaitan yang erat dengan industri kemaritiman.

Sebab, proses dan program pembelajaran cenderung terfokus pada konten (content-based curriculum) ketimbang kompetensi yang diharapkan (competence-based curriculum) oleh pengguna lulusan.

“Generasi muda juga belum begitu tertarik dengan pendidikan kelautan dan perikanan. Karena itu diperlukan inovasi dalam pengembangan program pendidikannya agar ke depan semakin banyak generasi muda yang mendalami industri kelautan dan perikanan,” kata Suadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com