Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Impor Beras 1 Juta Ton Semua Ribut, Impor Gandum 7 Juta Ton Diam...

Kompas.com - 10/05/2016, 15:41 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla heran setiap kali pemerintah membuka keran impor beras, kritik selalu deras mengalir. Hal itu berbeda saat pemerintah mengekspor gandum.

"Jangan lupa kita (Indonesia) juga mengimpor gandum 7 juta ton setahun, diam-diam," ujar Kalla saat memberikan kuliah umum di Kantor Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2016).

"Impor gandum 7 juta ton setahun diam-diam, tidak ada yang protes. (Gandum itu) menjadi mie, roti, dan kue. (Tapi) mengimpor 1 juta ton beras semua pada ribut," lanjut Wapres.

Padahal, kata Wapres, 1 juta ton beras yang diimpor oleh pemerintah digunakan untuk stabilisasi pasokan beras ke masyarakat sehingga harganya tidak melonjak atau terjadi kelangkaan pasokan.

Kalla dalam kesempatan itu juga mengkritik perubahan pola konsumsi masyarakat dari beras ke gandum. Menurut ia, hal itu sangat berbahaya secara ekonomi sebab gandum dinilai tidak ekonomis ditanam di Indonesia.

Ia menuturkan, impor gandum tersebut dijadikan bahan baku untuk produksi mie.

"Kalau beras kita masih bisa produksi. Gandum, secara agronomi sulit. Walaupun bisa diproduksi di sini tapi tidak ekonomis karena iklim," ucap Kalla.

Saat ini, kata wapres, konsusmi beras masyarakat Indonesia ada di angka 110 Kg per kapita per tahun. Dibandingan Malaysia dan Jepang, tingkat konsumsi beras nasional masih tinggi.

Kedua negara tersebut memiliki tingkat konsumsi berasnya masing-masing 80 Kg dan 60 Kg per kapita per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com