Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Berisiko Alami Resesi Setahun Jika Memilih "Brexit"

Kompas.com - 23/05/2016, 08:01 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com - Inggris bisa tenggelam dalam resesi setahun jika memilih hengkang dari keanggotaan Uni Eropa, menurut menteri keuangan George Osborne, dalam upayanya menjaga Inggris tetap masuk dalam koridor Uni Eropa.

"Masyarakat Inggris harus bertanya pada diri sendiri, bisakah kita memilih untuk resesi?" kata Osborne. "Benarkah masyarakat Inggris benar-benar memilih resesi?"

Dengan waktu kurang sebulan sebelum masyarakat Inggris melakukan polling paling strategis bagi keputusan negara ini dalam satu dekade, aneka opini terus berkembang di masyarakat.

Polling apakah Inggris akan tetap di Uni Eropa atau keluar dari Uni Eropa (Brexit) akan dihelat pada 23 Juni 2016 mendatang.

Opini terbaru, sebagian besar masyarakat Inggris masih memilih opsi "In" ketimbang "Out", yang artinya masih banyak yang memilih masuk ke keanggotaan Uni Eropa. Tapi sebagian lembaga polling mengatakan hal tersebut terlalu dini untuk diungkapkan.

Osborne yang memimpin kampanye "In" menekankan risiko Brexit bagi perekonomian negara ini. Dia meramalkan adanya penurunan standar hidup serta jatuhnya harga rumah dan naiknya tagihan belanja.

Analisis baru dari menteri keuangan ini memaparkan dua era paska Brexit skenario.

Pertama, skenario guncangan yang lebih halus (milder shock). Hal ini terjadi jika Inggris mencapai kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa.

hasilnya, ekonomi akan 3,6 persen lebih rendah setelah dua tahun, jika dibandingkan Inggris tetap di Uni Eropa.

Inflasi juga akan naik dan harga rumah akan 10 persen lebih rendah, ketimbang Inggris masih masuk sebagai anggota Uni Eropa.

Kedua, guncangan yang lebih keras (severe shock) jika Inggris meninggalkan Uni Eropa sebagai pasar tunggal, seperti yang disarankan para pendukung opsi "Out". Hal ini akan terjadi, juga jika Inggris meninggalkan WTO, yang akan meningkatkan hambatan perdagangan.

Dibawah skenario tersebut, ekonomi Inggris akan turun 6 persen dalam dua tahun dibanding Inggris tetap di Uni Eropa. Inflasi akan naik tajam dan harga rumah akan jatuh 18 persen, tulis laporan Osborne.

Sementara itu, para pegiat aksi "out" memandang analisis Osrborne hanya sebagai motivasi politiknya saja.

"Dokumen yang dipaparkan Osborne bukanlah penilaian yang jujur datpi banyak bias untuk masa depan dan bukan hal yang harus dipercayai oleh semua orang," kata Duncan Smith, mantan menteri senior dalam pemerintahan konservatif perdana menteri David Cameron.

Sayangnya, pendapat para pendukung aksi "out" ini memiliki batasan pada perekonomian. Lembaga IMF dan OECD bahkan sudah memperingatkan bahaya Brexit.

Akibatnya, aksi "out" kini hanya tinggal memiliki pesan bahwa dengan opsi "out" akan memperlambat migrasi.

Paparan estimasi dari menteri keuangan osborne ini, lebih mengerikan dibandingkan paparan perekonomian paska Brexit oleh Gubernur Bank of England Mark Carney.

Pada awal bulan ini, Carney mengatakan perekonomian Inggris akan masuk ke resesi teknikal, atau sekitar dua kuartal, jika keluar dari Uni Eropa.

Kompas TV Ini Dia Beberapa Fakta Ekonomi Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com