JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB tengah mengkaji rencana perseroan yang berkeinginan untuk melakukan rights issue, atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), untuk mendapatkan dana segar.
Rights issue merupakan sebuah aksi korporasi, yang mana para pemegang saham lama berhak dan diprioritaskan untuk membeli saham baru yang diterbitkan perusahaan. Biasanya aksi ini dilakukan untuk menambah modal perusahaan.
"Rights issue masih kami kaji, kalau tahun ini memungkinkan akan kami lakukan," ujar Direktur Utama Bank BJB, Ahmad Irfan, dalam acara media gathering Ramadhan di Jakarta, Rabu Malam (15/6/2016).
Namun, ketika ditanya berapa besaran modal yang akan didapat dari aksi rights issue dan kapan pelaksanaannya, Irfan masih belum bisa menyebutkannya.
"Lagi kita perhitungkan penambahan modalnya nanti kita umumkan," tutur Irfan.
Menurut dia, saat ini pihaknya masih terfokus pada target kredit sindikasi sebesar Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun pada semester kedua yang diperuntukkan bagi pembiayaan sektor infrastruktur proyek tol Cipali.
"Total sindikasi semester kedua sebesar Rp 1 hingga 2 triliun, itu naik 20 persen," terang Irfan.
Terkait kinerja keuangan perseroan, hingga kuartal I 2016, Bank BJB mencatat laba sebesar Rp 449 miliar.
Pperolehan tersebut mengalami peningkatan bila dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 388 miliar.
Selain itu kredit Bank BJB juga tumbuh 11,4 persen, dana pihak ketiga tumbuh 11,9 persen dan Non Performing Loan (NPL) turun 2,8 persen.