Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemudik Meninggal Saat Macet, Jonan Minta Posko Kesehatan Ditambah

Kompas.com - 06/07/2016, 14:02 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tak sepakat bila kemacetan parah di ruas jalan tol Cikopo-Brebes Timur sebagai penyebab seorang pemudik.

Menurut Jonan, pemudik meninggal karena penyakit bawaan yang dideritanya.

"Saya baru dengar kemacetan menyebabkan kematian baru kali ini. Heran juga saya. Kalau kecelakaan menimbulkan kematian, iya. Kecelakaan transportasi itu, kalau terserempet mobil meninggal ada. Jatuh dari bus meninggal ada, kan kecelakaan. Tapi kalau macet sampai menimbulkan orang meninggal saya kira enggak ada," kata Jonan setelah meninjau Bandara Halim Perdana Kusuma, Rabu (6/7/2016).

Jonan mengungkapkan bahwa terdapat pemudik yang juga meninggal dunia di dalam pesawat terbang dengan rute Ambon-Kupang. Namun, Jonan menjelaskan, pemudik itu meninggal bukan karena pelayanan transportasinya, tetapi lebih karena penyakit yang diderita oleh pemudik.

"Di pesawat terbang juga ada yang meninggal lho. Masuk media enggak? Pesawatnya enggak celaka, meninggal juga orangnya. Masa terus dibilang penerbangan di musim Lebaran penumpang meninggal satu?" ujarnya.

Namun, Jonan mengatakan bahwa dirinya akan belajar dari kejadian ini agar tidak terjadi lagi. Dirinya juga akan memperbanyak posko kesehatan pada arus balik Lebaran.

"Saya posko sudah minta. Jadi tetapi itu sebetulnya tidak terlalu relevan. Kalau mau, posisinya di rest area. Memang tantangannya di arus balik dari timur ke barat kalau lewat tol Cipali, rest area-nya kurang. Itu mesti ditambah. Kalau posko kesehatan kalau bisa di rest area," pungkas Jonan.

(Baca juga: "Ini Luar Biasa Macetnya, Ini Mudik Paling Parah")

Sebelumnya diberitakan, seorang pemudik meninggal dunia diduga akibat kelelahan setelah terjebak dalam kemacetan arus mudik Lebaran 2016 di pintu Tol Brebes Timur, Senin (4/7/2016).

"Kami sudah berusaha menolong menyelamatkan nyawa Ibu Suharti (50) yang kelelahan, tapi tidak berhasil," kata Ketua Bidang Kepanduan dan Olahraga DPW PKS Jawa Tengah Amir Darmanto seperti dikutip Antara, Selasa (5/7/2016) malam.

Menurut dia, setelah turun dari bus Sumber Alam tujuan ke Yogyakarta, korban sempat singgah di Posko Mudik PKS Kabupaten Brebes dan bermaksud untuk buang air kecil. Sebelum masuk toilet, korban pingsan dan kritis.

Sesampainya di puskesmas terdekat setelah menerobos kemacetan, korban sudah meninggal dunia. Jenazah dibawa ke rumah duka di Yogyakarta pagi tadi.

(Baca juga: Seorang Pemudik Meninggal Dunia, Diduga Kelelahan akibat Macet di Brebes)

Seperti dilansir Tribunnews.com, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Rabu (6/7/2016), menuturkan, ada belasan pemudik yang meninggal dunia saat terjebak kemacetan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, di antaranya:

1. Azizah (1,4) warga Kutoarjo.
Korban meninggal saat terjebak macet di Brebes dan berada di dalam mobil dengan kondisi AC menyala lebih dari 6 jam.

‎"Ia meninggal dalam perjalanan ke Puskesmas Tanjung. Dari keterangan dokter, penyebabnya, apnoe causa CO2 toksic," katanya melalui pesan singkat.

2. Sundari (58), warga Purworejo, Kecamatan Ringinarum, Kendal.
Ia mengalami suspec decom cordis dan meninggal di dalam bus Pahala Kencana saat terjebak macet di Brebes.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com