Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Mitos Yang Dijadikan Alasan untuk Tidak Pakai Kartu Kredit

Kompas.com - 16/07/2016, 12:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Di jaman sekarang, kartu kredit sudah menjadi barang yang umum digunakan sebagai alat bantu transaksi sehari-hari.

Kartu kredit bahkan membantu dalam penghematan sehari-hari karena adanya fitur seperti diskon atau cashback yang mengurangi nilai transaksi kita.

Namun, tahukah kamu ada banyak orang yang menolak menggunakan kartu kredit karena mitos-mitos tertentu?

Simak 5 mitos yang dijadikan alasan untuk tidak pakai kartu kredit berikut:

1. Bikin harga barang jadi lebih mahal
Ada beberapa orang yang mencoba membeli suatu barang (biasanya barang elektronik atau yang berharga tinggi) di toko terkadang mengeluh karena mereka harus membayar biaya yang lebih tinggi saat membayar dengan kartu kredit. Biayanya berkisar dari 1 persen hingga 3 persen dari total transaksi.

Sebenarnya, biaya yang disebut sebagai surcharge fee tersebut merupakan biaya yang dikenakan bank kepada pemilik toko, bukan kepada pemegang kartu kredit. Biaya tersebut dikenakan sebagai imbal jasa atas toko tersebut menggunakan mesin EDC.

Sayangnya, beberapa pemilik toko tidak ingin dibebani biaya tersebut hingga mengalihkannya ke pembeli. Sekarang ini, kebanyakan toko dan restoran (terutama di mall) sudah tidak membebankannya kepada pembeli.

2. Menjadi lebih boros
Pada dasarnya, hidup menjadi boros atau tidak merupakan sifat dasar dari setiap orang. Kartu kredit memang menawarkan kemudahan untuk bertransaksi, namun sayang banyak orang yang yang tidak dapat menahan keinginannya untuk belanja barang yang tidak begitu dibutuhkan.

Sejak sebelum kartu kredit diciptakan, banyak orang yang mudah terjebak dalam gaya hidup boros karena mementingkan gaya hidup mewah. Tanyakan pada dirimu sendiri apakah bisa mengendalikan diri dalam belanja atau tidak. Jika tidak, maka sebaiknya memang tidak menggunakan kartu kredit.

3. Harus bayar biaya tahunan yang tinggi
Beberapa orang mengeluh karena kartu kredit memiliki biaya tahunan yang tinggi. Sebenarnya kebijakan biaya tahunan dari kartu kredit bervariasi antar bank dan jenis kartunya, dari yang sekedar Rp 100 ribu per tahun hingga Rp 1,5 juta per tahun.

Semakin banyak keuntungan yang ditawarkan, semakin tinggi pula biaya kartu kredit tersebut.

Setiap orang tentu memiliki kapasitasnya masing-masing untuk menentukan apakah biaya tersebut dianggap tinggi atau tidak. Namun, saat ini sudah banyak bank yang menawarkan gratis biaya tahunan.

Bukan hanya itu, kamu juga bisa mengajukan untuk menghapus biaya tahunan dengan menggunakan poin hadiah atau memenuhi syarat akumulasi penggunaan kartu kredit.

4. Ada beban bunga yang mencekik
Banyak yang takut dengan bunga kartu kredit yang tinggi. Sebenarnya, setinggi apapun bunga kartu kredit, kamu tidak akan perlu membayar biaya bunga apabila kamu selalu melunasi tagihan kartu kredit secara penuh.

Memang masih ada beberapa pengguna kartu kredit yang belum mengerti tentang pembayaran minimum (minimum payment) sehingga menganggap bahwa mereka aman-aman saja jika membayar minimum.

Pembayaran minimum hanya sebagai pengaman untuk status kartu kredit tetap aktif, namun sebagai gantinya kamu akan dikenakan bunga karena tidak melunasi seluruhnya.

5. Pakai kartu kredit = dosa
Sebenarnya alasan yang satu ini terdengar cukup konyol karena pakai kartu kredit dianggap sama dengan ngutang, dan ngutang sama dengan dosa. Perlu diketahui bahwa negara kita tercinta membangun sebagian infrastruktur dari berhutang juga.

Jika menggunakan logika ‘hutang itu dosa’, berarti seluruh penduduk Indonesia yang menggunakan infrastruktur dari hutang tersebut dianggap berdosa dan tidak bisa masuk Surga.

Sebenarnya, kartu kredit tidak bisa sepenuhnya dianggap sebagai hutang. Memang pembayaran kamu ditunda, tapi dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh. Penggunaan kartu kredit dalam transaksi yang tepat dan bijak justru dapat membantu kamu untuk hidup lebih hemat dan sejahtera.

Kompas TV Tips Kelola Utang Kartu Kredit Setelah Lebaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com