Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Jelaskan Alasan Buka Izin Impor Jeroan dan Daging "Secondary Cut"

Kompas.com - 17/07/2016, 09:16 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah membuka kembali impor jeroan sapi yang satu tahun sebelumnya dilarang. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menekan harga daging sapi di dalam negeri.

Sejumlah pihak mengkritik keras kebijakan yang dinilai tidak konsisten tersebut.

Dalam kunjungan kerjanya ke Jawa Timur, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, kebijakan impor ini memang bagian dari rencana pemerintah untuk menekan harga, intervensi pasar dan juga membentuk struktur pasar yang baru.

"Iya benar, beri pilihan pada rakyat ini semua. Pilih yang mana saja. Saya tidak akan impor jika tidak dibeli orang. Pengusaha kan tidak bodoh, mana mungkin mau impor jika tidak laku," kata Amran di Surabaya, Jumat malam (15/7/2016).

Amran menegaskan, kebijakan ini adalah solusi yang ditawarkan pemerintah kepada rakyat dalam rangka pemenuhan protein dimasyarakat.

"Pemerintah mencari solusi. Supaya protein terpenuhi untuk rakyat, terutama untuk rakyat kecil karena kita protein kurang. Kita protein salah satunya adalah daging sapi, jeroan," ujar Amran.

"Setelah kita buka (impor jeroan), ada banyak pertanyaan, tahun lalu dilarang, sekarang kok dibuka? Jangankan Permentan, Undang-undang saja kita ubah, masih ingat country base ke zone base? Itu karena rakyat yang menginginkan," kata Amran.

Dengan itu, kata Amran, saat ini tersedia berbagai pilihan untuk masyarakat. Mulai dari daging sapi segar yang harganya Rp 120.000-140.000 per kilogram, daging sapi beku seharga Rp 80.000-100.000 per kilogram, hingga jeroan sapi.

Menurut Amran, impor jeroan sapi adalah rencana jangka pendek pemerintah untuk menstabilkam harga daging dan pemenuhan protein masyarakat.

Amran mengatakan, jumlah jeroan yang diimpor tidak lebih besar dari jumlah impor daging sapi beku. Meski begitu, dia menolak untuk mengatakan jumlah persis jeroan yang diimpor.

"Kecil sekali, maksimal 10 persen. Bisa-bisa 2 persen. Tapi secondary cut aku guyur ke pasar, sampai harga bisa masyarakat nikmati. Kalau jeroan enggak usah bahas, kecil sekali," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com