Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Penduduk Miskin Berkurang, Tapi Ketimpangan di Perdesaan Melebar

Kompas.com - 18/07/2016, 19:28 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah penduduk miskin di perdesaan berkurang sebanyak 220.000 orang, dari 17,89 juta orang pada September 2015 menjadi 17,67 juta orang pada Maret 2016.

Meski jumlahnya turun, namun ketimpangan antar penduduk miskin di perdesaan melebar.

Badan Pusat Statistik (BPS) memotret ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin dengan indeks keparahan kemiskinan.

Hasilnya, indeks keparahan kemiskinan perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,79 atau lebih tinggi (parah) dibandingkan September 2015 yang di level 0,67.

"Kenapa indeks keparahan kemiskinannya meningkat, ini kami duga karena yang di bawah (masyarakat berpenghasilan rendah), peningkatan pendapatannya tidak begitu cepat," kata Suryamin dalam paparan di Jakarta, Senin (18/7/2016).

Suryamin mengatakan, alokasi dana desa yang terus meningkat seharusnya bisa digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan.

Dengan demikian terjadi penyerapan tenaga kerja dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

Berbanding terbalik, indeks keparahan perkotaan mengecil, yaitu dari 0,35 pada September 2015 menjadi 0,27 pada Maret 2016.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dzulfian Syafrian menengarai penurunan jumlah penduduk miskin disebabkan terkendalinya inflasi September 2015-Maret 2016, khususnya inflasi pangan.

"Karena memang sebagian besar konsumsi orang miskin hanya habis untuk makanan, khususnya beras. Jadi, salah satu kunci utama pengentasan kemiskinan adalah pengendalian harga-harga makanan, khususnya beras," ucap Dzulfian.

(baca: Harga Beras dan Rokok Kretek Filter Dorong Kenaikan Garis Kemiskinan)

Namun sayangnya, kata Dzulfian, struktur ekonomi Indonesia kurang pro-rakyat kecil.

Indikasinya investasi di sektor padat modal semakin lebih besar dibandingkan sektor padat karya. Padahal, sektor padat karyalah yang menyerap tenaga kerja lebih banyak.

"Dengan struktur perekonomian yang tidak pro terhadap orang kecil seperti ini, wajar jika ketimpangan pendapatan yang diukur melalui koefisien gini di Indonesia terus meningkat, karena orang-orang kecil sedikit sekali merasakan manisnya kue pembangunan," pungkas Dzulfian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com