JAKARTA, KOMPAS.com — Kinerja perbankan Indonesia hingga kuartal II 2016 belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Perbankan masih tertekan oleh pelambatan penyaluran kredit dan tren meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL).
Kendati demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyatakan, secara umum bank sentral memandang perbankan nasional masih dalam kondisi yang kuat.
Hal ini tecermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang berada pada posisi di atas 22 persen.
"Akan tetapi, kami paham bahwa pertumbuhan kredit pelan, tercatat di bawah 10 persen. NPL naik sampai 3,1 persen," kata Agus di Jakarta, Senin (8/8/2016).
Menurut Agus, likuiditas di dalam negeri masih terjaga.
Likuiditas di pasar akan tetap terjaga apabila pemerintah tidak menerbitkan surat utang terkait dengan pemangkasan anggaran sebesar Rp 133 triliun.
"Kalau belanja negara sudah diturunkan, maka pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan surat utang. Ini akan membuat likuiditas di perbankan terjaga," kata Agus.
Terkait pertumbuhan kredit, Agus menyatakan bank sentral memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun 2016 berada pada kisaran 10 hingga 11 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.