Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berencana Miliki Industri Gambut Terbesar di Dunia

Kompas.com - 17/08/2016, 14:15 WIB
Aprillia Ika

Penulis

KUCHING, KOMPAS.com - China ternyata ingin menjadi negara dengan industri gambut terbesar di dunia. Hal ini diungkapkan oleh Xiancheng Zeng, perwakilan dari China Humic Acid Industry Association, yang juga menjadi salah satu pembicara di ajang 15th International Peat Congress di Kuching, Sarawak, Malaysia, Rabu (17/8/2016).

Mengapa China ingin menjadi pelaku industri gambut terbesar di dunia? Zeng memaparkan beberapa alasan.

Pertama, yakni alasan ekonomi. Pemerintah China mengizinkan gambut dipakai sebagai salah satu sumber daya yang diberdayakan sebagai sumber ekonomi di China. Sehingga ke depan, gambut akan menjadi salah satu basis industri di China.

"Salah satu yang akan dikembangkan yakni pabrik pupuk berbasis organik, termasuk dari gambut," kata dia, yang memaparkan tema "Masa Depan Industri Gambut di China" pada persentasinya.

Alasan kedua, yakni alasan sosial. Pemerintah China saat ini sudah mengizinkan dua anak per pasangan. Sehingga, populasi China yang saat ini mencapai 1,2 miliar penduduk diperkirakan menjadi 1,6 miliar dalam lima tahun mendatang. Oleh sebab itu, China perlu kebutuhan dasar untuk makanan sehingga mereka harus menggunakan semua sumber daya yang ada, termasuk lahan gambut.

Alasan ketiga, yakni alasan lingkungan. Seperti diketahui saat ini China menjadi salah satu negara dengan tingkat polusi tertinggi di dunia. Oleh sebab itu, ke depan China terus mengembangkan industri yang ramah lingkungan.

"Dengan mengembangkan industri berbasis gambut, diharapkan akan membangun industri yang lebih ramah lingkungan. Ini penting untuk mengharmonisasi kehidupan di China," ujar Zeng.

Di China, skala pelaku industri gambut ini masih kecil atau UKM. Sehingga saat ini para pelaku industri gambut di China membuka kerja sama dengan banyak negara untuk pengembangan industri gambut ini.

"Saat ini ada beberapa sumber daya di Indonesia yang diimpor ke China, tapi dengan terbukanya kerja sama dan utilisasi sumber daya, ini masa yang tepat untuk memperkuat kerja sama," kata dia. Artinya, kemungkinan ke depan terbuka kerja sama bilateral antara Indonesia dan China di bidang gambut.

Sebagai informasi, total output industri berbasis gambut di China secara valuasi diperkirakan mencapai 230 miliar yuan dalam lima tahun mendatang. Saat ini produk berbasis gambut di China sudah mencapai ima juta meter kubik. Sebanyak 1 juta meter kubik diantaranya menjadi komoditas ekspor.

International Peat Congress merupakan kongres per empat tahun yang menjadi ajang pertemuan ilmuwan dan para ahli global di bidang gambut. Pada acaranya yang ke 15 ini, merupakan acara yang pertama kali diadakan untuk level Asia.

Kongres ini menyatukan ilmuwan lokal dan internasional, pembuat kebijakan, peneliti, anggota NGO, pemain industri penanaman dan pelaku industri agrikultur untuk mencari cara paling efektif mengutilisasi lahan gambut bagi kemajuan perekonomian masyarakat tanpa merusak lingkungan.

Kompas TV Tiongkok Produksi Pesawat Amfibi Terbesar di Dunia

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com