Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani: Stop Impor Tembakau

Kompas.com - 01/09/2016, 17:32 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Budaya bercocok tanam tembakau sudah turun temurun ada di Indonesia.

Industri rokok juga sangat berkembang di Indonesia karena semua bahan baku rokok ada di sini. Anehnya, petani Indonesia tetap miskin karena industri rokok dikuasai asing.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Agus Parmuji mengatakan, petani Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk memproduksi tembakau sendiri, baik dari sisi lahan maupun sumber daya manusia.

"Karena itu kalangan petani sejak lama memprotes kebijakan pemerintah yang dianggap terlalu longgar terhadap impor tembakau. Yang dibutuhkan adalah kebijakan untuk melakukan intensifikasi tembakau," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/9/2016).

Dikatakan, untuk mengatasi impor yang semakin marak, pemerintah harus menaikkan cukai rokok tiga kali lipat, yakni sampai 20 persen. Dengan demikian petani tembakau dan cengkeh terlindungi.

"Saya mengharapkan DPR untuk mendukung perjuangan kami dan menyampaikan ke pemerintah agar petani rokok bisa menikmati kesejahteraan di negeri ini," tandasnya.

Menurut agus, industri rokok asing justru yang menikmati nilai tambah kekayaan alam Indonesia ini. Data yang dilansir APTI menyebutkan, produksi rokok nasional pada 2015 tercatat sebanyak 360 miliar batang.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dari fraksi PKB, Daniel Djohan akan menggalang dukungan semua pihak untuk menolak impor semua bahan baku rokok (zero import), dan berbagai investasi asing di bidang rokok. Sebab, itu hanya akan menyengsarakan petani tembakau dan cengkeh di Indonesia.

"Kami yang pertama kali menginisiasi menolak semua jenis impor terkait rokok, termasuk investasi asing. Karena itu, kami meminta semua petani rokok dan cengkeh untuk berada bersama mengegolkan hal ini dalam Rancangan Undang-Undang Pertembakauan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com