Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sarjana Komputer Lulusan Australia ini Bercita-cita Sejahterakan Petani di Gresik

Kompas.com - 03/09/2016, 16:28 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Iwan Koerniawan adalah lulusan Swinburne University Melbourne, Australia, Jurusan Komputasi dan Fisika. Namun, dia tidak ragu untuk turun ke lapisan bawah, demi menyejahterakan para petani yang ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Di Gresik, pria berkacamata yang menjabat sebagai Direktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) PT Tiga Sejahtera Bersama ini sudah satu setengah tahun mencoba bereksperimen mengembangkan padi jenis pandan wangi.

Padi tersebut ditanam di area sekitar SPBE miliknya, yang terletak di Desa Setrohadi, Kecamatan Duduk Sampeyan, Gresik.

“Saya tertarik mengembangkan jenis padi yang umumnya ditanam di daerah Jawa Barat, khususnya Cianjur tersebut, karena jenis padi pandan wangi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis padi yang lain,” tutur Iwan, Sabtu (3/9/2016).

Dia menjelaskan, keunggulan padi jenis pandan wangi misalnya memiliki bulir beras yang bulat dan panjang, plus bau yang harum khas wangi pandan. Selain itu, warna berasnya putih dan tidak kusam, dan saat dimakan rasanya pulen dan gurih.

“Sehingga tidak mengherankan, jika beras pandan wangi kini cukup digemari oleh masyarakat Jepang dan Korea Selatan,” terangnya.

Ayah dari tiga anak ini memaparkan jika eksperimen yang dilakukannya bersama para petani di Desa Setrohadi sudah mulai menampakkan hasil. Banyak petani di Desa Setrohadi yang kini mulai beralih untuk menanam padi dari jenis pandan wangi dan meninggalkan padi jenis Ciherang yang kerap ditanam sebelumnya.

“Selama musim panen di rentang Agustus kemarin, ada salah satu petani di sini yang bisa memanen tujuh ton padi jenis pandan wangi yang ditanam, untuk setiap hektar sawah miliknya,” beber Iwan.

Meski demikian, pria kelahiran Pare, Kediri, ini mengatakan bila masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dari eksperimen yang coba dikembangkannya tersebut, untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.

Salah satu kendala yang saat ini tengah dihadapi adalah, pertumbuhan batang padi jenis pandan wangi yang cukup tinggi. Sehingga, saat hujan disertai angin datang, padi-padi tersebut akan mudah roboh.

“Karena itu, saya terus menelitinya. Dibantu oleh Hanny Bimantara yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga rekan saya. Kami terus mengevaluasi dan mencari solusi, agar padi yang ditanam bisa mencapai delapan ton untuk per hektar sawah,” kata Iwan.

“Salah satu yang akan dicoba yakni dengan menerapkan pola tani kembali ke dasar. Yakni dengan mengaplikasi pupuk tunggal, yaitu pupuk urea, phospate, dan KCL, sesuai dengan anjuran yang ada di buku-buku panduan pertanian.

"Dan ini akan coba saya terapkan pada musim tanam berikutnya,” papar Iwan.

Iwan berharap, eksperimen yang dilakukannya bisa berhasil. Sebab jika berhasil, maka petani bisa lebih diuntungkan karena harga beras pandan wangi di pasaran umumnya lebih mahal dibanding jenis beras lain. Termasuk, peluang untuk menjual beras dari padi jenis itu ke luar negeri alias ekspor.

“Untuk sementara, saya fokus mengembangkan di Desa Setrohadi dulu. Nantinya jika berhasil, saya berharap bisa menjadi inspirasi bagi para petani lain dan akan saya kembangkan di seluruh wilayah pertanian yang ada di Gresik,” pungkasnya.

Kompas TV 5 Mahasiswa IPB Buat Inovasi Gethuk Instan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com