Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Plus-Minus” Penghapusan Pajak Bunga Surat Utang Masih Dikaji

Kompas.com - 05/09/2016, 13:48 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Kompas TV Gaji Rp 7 Juta Bisa Cicil Rumah dan Investasi

JAKARTA, KOMPAS.com – Rencana penghapusan pajak penghasilan (PPh) atas bunga atau diskonto surat utang masih dalam kajian. Sebab penghapusan pajak bunga obligasi itu tentu akan memberikan dampak terhadap minat investor, kepemilikan, dan tentunya penerimaan negara.

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan, penghapusan pajak bunga obligasi berpotensi meningkatkan minat investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) baik domestik maupun valuta asing (valas).

Namun dari sisi kepemilikan juga perlu diperhatikan. Saat ini, kepemilikan asing dalam SBN mencapai 39 persen.

“Kalau pakai pajak saja asing masuk 39 persen, kalau (pajak) itu dihilangkan masuk berapa,” kata Robert di Jakarta, Senin (5/9/2016).

Akan tetapi, lanjut Robert, penghapusan pajak bunga obligasi bisa jadi juga meningkatkan minat investor dalam negeri. Penghilangan pajak bunga obligasi, juga akan memudahkan administrasi dari kustodian atau agen penjual surat utang.

“Waktu itu kami disuruh membuat kajian, cuma belum sempat dilaporkan ke Pak Bambang (menkeu lama). Makanya nanti kami akan coba konsultasi dengan Bu Ani (menkeu baru),” ucap Robert.

Sementara ini, PPh atas bunga surat utang masih diusulkan menjadi objek pajak. Artinya, jika yang diubah tarifnya maka hanya perlu revisi Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Menteri Keuangan.

Sebagai informasi, PPh atas bunga SBN diatur dalam pasal 4 Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang PPh.

Sedangkan besaran tarifnya diatur dalam PP nomor 100 tahun 2013 tentang perubahan atas PP nomor 16 tahun 2009 tentang PPh atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com