Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri Kritik Cara Pandang Menteri BUMN soal Harga Gas

Kompas.com - 06/09/2016, 13:03 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Faisal Basri mengkritik cara pandang Menteri BUMN Rini Soemarno, yang menyebut harga gas bumi bisa turun apabila holding migas terbentuk. 

"Asal bunyi dan justru memanfaatkan kerumitan bisnis gas sebagai pembenaran untuk membentuk holding BUMN Migas," tulis Faisal Basri dalam situs resminya, Selasa (6/9/2016).

Menurut Faisal, harga gas bumi yang mahal sudah dikeluhkan para industri selama bertahun-tahun. Nyatanya hingga saat ini pemerintah belum memberikan obat mujarab untuk menyelesaikan keluhan industri terkait harga gas bumi.

"Padahal akar masalah semua ini adalah bisnis gas dijadikan bancakan oleh para pemburu renter alias para trader gas yang tidak memiliki modal infrastruktur gas (trader bertingkat), trader ini memiliki kedekatan dengan lingkaran kekuasaan sehingga bisa mendapatkan alokasi gas," ujarnya.

Faisal mencontohkan, gas yang dibeli PT Torabika berasal dari sumber gas Bekasi. Trader pertama yang mendapatkannya adalah PT Odira. Pemasok pertama ini menjual kepada trader PT Mutiara Energi dengan harga 9,00 dollar per MMBtu.

Selanjutnya, PT Mutiara Energi memindahtangankan gas ke PT Berkah Usaha Energi seharga 11,75 dollar per MMBtu dengan menggunakan pipa open access 24 inchi milik Pertagas dengan toll fee sebesar 0,22 dollar per MMBtu.

Dengan demikian PT Mutiara Energi memperoleh margin 2,53 dollar per MMBtu tanpa bersusah payah membangun infrastruktur pipa.

PT Berkah Usaha Energi membangun pipa 12 inchi sepanjang 950 meter untuk menyalurkan gas kepada trader berikutnya, yaitu PT Gazcom Energi dengan harga 12,25 per MMBtu. Berarti PT Berkah Usaha Energi memperoleh margin 0,5 per MMBtu dengan hanya membangun pipa tak sampai 1 kilometer.

Dengan membangun pipa 6 inchi sepanjang hanya 182 meter, PT Gazcom menjual gas miliknya kepada pembeli akhir PT Torabika dengan harga 14,50 dollar per MMBtu. Pipa sependek itu menghasilkan margin 2,25 per MMBtu.

"Walhasil, harga dari trader pertama sampai ke pembeli akhir terkerek dari 9,00 dollar per MMBtu menjadi 14,50 dollar atau menggelembung sebesar 5,5 dollar per MMBtu. Angka itu belum memperhitungkan harga beli yang harus dibayar oleh trader pertama." Pungkas Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com