Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aplikasi "Internet of Things" di Sektor Industri Berbeda-Beda

Kompas.com - 29/09/2016, 12:43 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com
– Berbagai jenis Industri di dunia kini mulai memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dalam proses bisnis dan manufaktur. Mereka melakukan digitalisasi dan otomatisasi besar-besaran menggunakan Internet of Things (IoT). Namun, aplikasinya beragam di tiap industri.

Secara umum, IoT berarti semua peralatan yang mendukung proses bisnis dan manufaktur dihubungkan ke jaringan internet sehingga saling terkoneksi satu sama lain. Pengelolaan dan analisis pun lebih mudah dilakukan.

"IoT memungkinkan pengguna (dalam sektor industri) mendapat informasi secara realtime," ucap penasihat A*Star Singapura, Leong Mun Yuen dalam diskusi panel di acara "Life is On Innovation Summit 2016" di Ritz Carlton Hotel, Singapura, (26/9/2016). A*Star adalahlembaga yang mengkhususkan diri di bidang sains, teknologi, dan riset.

Mun Yuen mencontohkan penggunaan IoT di sektor publik terkait pengelolaan infrastruktur suatu kota. Kerusakan fasilitas umum, misalnya, bisa diketahui secara realtime dengan bantuan aplikasi khusus. Masyarakat setempat yang mengunduh aplikasi ini bisa melaporkan langsung jika ada kerusakan fasilitas.

"Masyarakat mengambil foto menggunakan kamera (ponsel pintar), lalu diunggah ke aplikasi khusus. Gambar ini bisa diberikan ke bagian terkait dalam pemerintah (pengelola) untuk ditindaklanjuti," katanya.

Dengan begitu, menurut Mun Yuen, pengelola bisa mendapat gambaran nyata tentang apa yang terjadi di lapangan. Biaya operasional untuk perawatan fasilitas pun lebih rendah karena pengelola tak perlu mengirim petugas untuk mengecek.

Contoh lain sempat pula disebutkan Mun Yuen. Perencanaan pembangunan gedung, menurut dia, semakin mudah dan efisien jika memanfaatkan sensor yang dipasang di beberapa tempat untuk mengindra informasi penting seperti arus udara atau temperatur.

"Informasi dari sensor ini kemudian dikomputisasi dan kita mendapat informasi langsung ini. Dari sisi bisnis juga sensor lebih baik dan murah," lanjut dia.

Dok. Schneider Electric "Life is On Innovation Summit 2016" diadakan di Singapura, Senin, 26 September 2016, untuk membahas tentang teknologi Internet of Things (IoT) yang dapat meningkatkan efisiensi energi di sektor industri dan rumah tangga.

Panelis-panelis lain yang hadir dalam acara itu pun menyetujui pendapat Mun Yuen. Chief Executive Officer (CEO) SP Telecom, Singapura, Poh Miu Hoon mengatakan penggunaan sensor dalam gedung kantor bisa meningkatkan efisiensi dan keamanan sistem.

"Kami memanfaatkan teknologi terbaru untuk melaju ke depan, yaitu cloud dan sensor. Kami juga melihat energi, data, dan infrastruktur pintar. Banyak hal bisa dilakukan. Bagaimana membuat infrastruktur pintar dan terkoneksi ke kami," kata Poh.

Suatu infrastruktur manufaktur disebut pintar jika mampu mengawasi proses produksi sendiri. Selain itu, infrastruktur pintar juga harus terkoneksi jaringan sehingga pengelola bisa mendapatkan laporan tentang keadaan di lapangan secara langsung tanpa harus datang ke pabrik.

Sistem di atas menurut Managing Director Lux Research untuk kawasan Asia, Cort Isernhagen, mampu memotong biaya pemeliharaan mesin-mesin di suatu gedung atau manufaktur. Dari pengalamannya sebagai konsultan untuk pengembangan industri hemat energi, peralatan manufaktur yang telah terdigitalisasi bisa melakukan pemeliharaan yang bersifat preventif atau pencegahan.

Dia bercerita, banyak perusahaan di Amerika Serikat terpaksa menutup bisnis minimal satu hari setiap tahun untuk melakukan pemeliharaan sistem. Jika sistem bisa mendeteksi dan memperbaiki sebelum kerusakan terjadi, perusahaan tak perlu lagi menutup fasilitas melakukan perbaikan.

"Kemampuan melakukan ini bisa menghemat energi, mengurangi down time, dan meningkatkan produksi. Bahkan, perusahaan bsa menghemat hingga 1 juta dollar AS di tahun pertama dari efisiensi energi dan pengurangan down time," kata Isernhagen.

Meski demikian, aplikasi IoT di tiap industri, ujar Isernhagen, bisa berbeda-beda. Banyak faktor perlu dipertimbangkan, mulai dari jenis produk, networking, ekosistem manufaktur, pengalaman bisnis, sampai tim kerja dalam industri tersebut.

"IoT bukan magic box (yang pasti bisa menyelesaikan semua masalah). Setiap implementasi itu unik dan butuh kerja keras. Ada banyak tim, pemegang saham, dan solusi IT yang berbeda-beda. Tapi, ini lebih mudah dibanding lima tahun lalu," kata Isernhagen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com