JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi September 2016 sebesar 0,22 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,79 persen.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian inflasi ini terbilang rendah. Namun yang mengherankan, kata Dzulfian, adalah keengganan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuannya.
"Masih tingginya suku bunga di tengah tingkat inflasi yang rendah patut dipertanyakan," kata Dzulfian kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (3/10/2016).
Terlebih lagi, kata Dzulfian, saat ini bank-bank sentra di negara-negara barat menerapkan kebijakan suku bunga nol atau negatif (zero/negative interest rate).
Dia mengatakan, kebijakan bank-bank sentral ini telah mendorong para pemilik modal di Eropa menarik dananya dan diinvestasikan ke negara-negara lain.
"Oleh karena itu, ini peluang bagi Indonesia untuk menangkap kesempatan ini, banyak dana murah yang mengalir dari negara-negara maju," kata Dzulfian.
Akan tetapi lanjut Dzulfian, sayangnya reformasi ekonomi dan birokrasi Indonesia jalan di tempat, dan bahkan tercatat mengalami sedikit kemunduran. Hal itu terlihat dari indeks daya saing global Indonesia.
"Oleh karena itu jangan heran jika begitu sulit bagi pemerintah untuk menarik investasi-investasi baru," ucap Dzulfian.