Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirjen Perhubungan Udara: Setelah Miangas, Bandar Udara Siau Rampung 2017

Kompas.com - 17/10/2016, 18:52 WIB
Aprillia Ika

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Pada 2015-2017, Direktorat jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Ditjen Hubud Kemenhub) akan merampungkan 15 bandar udara di daerah terluar, terdalam dan terisolir (terpencil) di berbagai wilayah di Indonesia.

Salah satunya yakni Bandar Udara Siau, yang letaknya tidak jauh dari Pulau Miangas di Sulawesi Utara. Pulau Siau berada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau disingkat Kabupaten Sitaro.

Untuk mencapai Pulau Siau bisa menggunakan kapal cepat Express Bahari, atau kapal water jet oasis, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam perjalanan dari Manado.

"Pembangunan Bandar Udara Siau juga untuk pertahanan dan keamanan serta untuk distribusi barang dan jasa atau logistik," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) Kemenhub, Suprasetyo kepada Kompas.com di Manado, Senin (17/10/2016).

Saat ini, pembangunan Bandar Udara Siau sedang pada tahap perataan lahan atau land clearing. "Kami targetkan bandar udara Siau akan beroperasi pada 2017 mendatang," lanjut dia.

Menurut Suprasetyo, sebanyak 15 bandar udara di daerah terluar, terdalam dan terisolir (terpencil) di berbagai wilayah di Indonesia tersebut menelai nilai investasi pembangunan antara Rp 200 miliar-Rp 300 miliar per bandara.

Rata-rata pembangunan bandar udara berlangsung sesuai jadwal dan tidak ada resistensi yang berarti, seperti misalnya resistensi lahan. Dia mencontohkan pembangunan Bandar Udara Miangas yang dilakukan sejak 2012.

"Dulu saat pembangunan Bandar Udara Miangas, yang ada adalah kultur tidak bekerja di hari Minggu. Nanti setelah bandar udara beroperasi, maka hari kerja juga bertambah dan perekonomian akan semakin baik, sehingga pola pikir masyarakat juga berkembang," lanjut Suprasetyo.

Selain Siau, Kementerian Perhubungan juga membangun sejumlah bandar udara seperti Bandar Udara Dekai di provinsi Papua. Nilai investasinya sekitar Rp 230 miliar.

Lalu Bandar Udara Tanjung Api Tojo Una-una di Ampena, dengan nilai invstasi total Rp 76,47 miliar sejak 2010. kemudian bandar Udara Kasiguncu di Poso dengan nilai investasi total Rp 102,29 miliar sejak 2013.

Menurut Suprasetyo, pembangunan bandar udara di daerah terpencil, terisolir dan terdalam akan menggerakkan roda perekonomian wilayah tersebut dalam waktu singkat. Sebab, distribusi barang dan jasa bisa masuk dengan cepat dan daerah tersebut akan dilirik investor.

Konektivitas

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungannya ke Kabupaten Kayong Utara, Sabtu (15/10/2016) lalu kembali menegaskan, konektivitas antardaerah sangat penting. Hal itu menjadi kunci pertumbuhan ekonomi daerah itu.

Oleh sebab itu, Jokowi mendorong percepatan pembangunan infrastruktur transportasi di penjuru Indonesia, khususnya di wilayah perbatasan.

Di Kayong Utara, Presiden juga mendorong agar ada pembangunan bandar udara.

"Konektivitas antarpulau dengan ibu kota provinsi sangat penting. Pulau bisa langsung terbang ke pulau lain, saya rasa itu sangat penting juga," lanjut dia.

beberapa waktu sebelumnya, Jokowi sudah meresmikan bandar udara di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

"Kabupaten yang di pinggir-pinggir inilah yang akan kita kembangkan agar konektivitas tetap terjaga dan yang paling penting inilah yang mempersatukan bangsa kita," ujar Jokowi.

Kompas TV Warga Perbatasan Kalimantan Menggantung Hidup di Negara Tetangga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com