Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didukung Bekraf, Perajin Tenun Songket di Lombok Tengah Siap Rambah "Fashion"

Kompas.com - 18/11/2016, 11:16 WIB

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com – Para perajin tenun songket di Kabupaten Lombok Tengah siap merambah ke bisnis fashion guna menjawab perkembangan pasar.

Hal itu dilakukan setelah para perajin mengikuti pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) selama tiga bulan, yakni mulai September hingga November 2016 dalam rangka pembentukan Ekosistem Desa Kreatif.

Dengan merambah fashion, para perajin akan bisa memberi nilai tambah atas produk yang dibuatnya.

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari mengatakan banyak wisatawan yang belakangan ini memilih wilayah Lombok Tengah sebagai tujuan wisata. Sehingga, pasar untuk produk-produk kreatif dari perajin lokal sangat terbuka lebar. Salah satunya adalah tenun songket.

“Sebagai sentra tenun songket, Lombok Tengah harus mampu menangkap peluang yang ada. Tak hanya kain tenun, para perajin harus bisa membuat baju. Jika para perajin bisa mendesain dan memproduksi baju dari kain tenun, prospek bisnis kain tenun akan semakin meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (17/11/2016).

Workshop diikuti oleh 50 perajin tenun songket yang berasal dari Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Dusun Wadek, dan Desa Ternak Rarang. Materi yang diajarkan meliputi pembuatan motif baru, pewarnaan alami, hingga membuat desain baju dengan bahan kain tenun.

Selama ini, para perajin tersebut hanya bisa membuat motif-motif klasik pada kain tenunnya, dan tidak ada keberanian untuk melakukan inovasi. Selain itu, tenun songket yang dibuat para perajin hanya berakhir sebagai lembaran kain sarung dan tidak dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah, seperti baju dan sebagainya.

Salah seorang perajin mengaku senang dengan kegiatan workshop yang digelar selama tiga bulan ini. Selain mendapatkan pemahaman membuat motif dan desain, pelatihan ini juga bisa menggali khasanah lokal yang selama ini terpinggirkan, yakni pewarnaan alam untuk kain tenun.

“Dulu ada pewarnaan alami, namun sekarang sudah ditinggalkan. Melalui pelatihan ini, kami bisa mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya sudah ada di sini, tapi tidak pernah dipakai,” kata seorang peserta.

Peserta lain berharap agar Bekraf bisa melanjutkan programnya untuk membina para perajin tenun songket.

Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik Bekraf Selliane Halia Ishak menyatakan gembira dengan perkembangan yang telah dicapai oleh perajin tenun setelah mengikuti workshop. Hal itu terbukti dari banyak motif yang telah dibuat oleh para peserta di akhir pelatihan.

“Saya bangga dengan ibu-ibu yang telah mengikuti pelatihan di sini. Diharapkan nanti bisa mengembangkan ke fashion, seperti membuat baju, celana, rompi, yang terbuat dari tenun songket. Nanti para perajin akan terus dibina,” kata Selliane.

Dalam kegiatan pembinaan ini, Bekraf menggandeng desainer papan atas, yaitu Denny Khosuma yang juga jebolan Vecoles Des Beaux Arts, Angers Perancis.

“Dalam workshop ini akhirnya berhasil dilakukan perpaduan dua motif klasik. Yang penting, para perajin tetap tekun untuk mempraktikkan apa yang telah diajarkan selama pelatihan ini,” kata Denny.

Pelatihan dan pendampingan para perajin tenun songket ini dilakukan dalam rangka pembentukan Ekosistem Desa Kreatif.

Hal ini dimaksudkan untuk mengenali potensi unggulan dari sebuah wilayah dengan berupaya untuk mengetahui empat rantai nilai ekonomi kreatif, serta empat pihak yang terlibat, yakni akademisi, bisnis, komunitas, dan pemerintah.

Program fasilitasi pembentukan Ekosistem Desa Kreatif memiliki tujuan besar, yaitu peningkatan PDRB, peningkatan jumlah tenaga kerja terampil, serta pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com