Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar AS Terlalu Perkasa, Kinerja Ekspor AS Bisa Tertekan

Kompas.com - 30/11/2016, 20:37 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala ekonom Danamon Anton Hendranata mengatakan, saat ini nilai tukar mata uang dollar AS terhadap mata uang negara-negara lainnya sudah terlalu perkasa (overvalue).

Kondisi ini berbahaya karena dapat membuat barang-barang AS tidak kompetitif, sehingga kinerja ekspornya terancam tertekan.

Anton mengatakan, tidak kompetitifnya mata uang dollar AS tersebut terlihat dari indikator Real Effective Exchange Rate (REER). Mengacu Bloomberg, per Juli 2016, REER dollar AS sudah mencapai 112,7.

“Berarti barang-barang AS nilainya 12,7 persen lebih mahal dari lawan dagang,” kata Anton di Jakarta, Rabu (30/11/2016).

Anton menuturkan, jika AS ingin menggenjot ekspornya lagi maka AS harus melemahkan mata uang dollar AS.

Namun dengan situasi sekarang ini, AS tidak memiliki ruang untuk melemahkan mata uangnya.

Sebaliknya, dollar AS diperkirakan akan terus menguat. Apalagi dalam waktu dekat dan hampir pasti, suku bunga acuan bank sentral AS, atau Fed rate akan dinaikkan.

“Bagimana peluang kenaikan suku bunga AS? Nampaknya hampir semua sepakat Fed rate akan naik di Desember,” ucap Anton.

Lebih lanjut ia memperkirakan, Fed rate kembali akan dinaikkan sebanyak dua atau tiga kali pada 2017.

Selain dollar AS, Anton melihat Yuan China juga tidak kompetitif jika dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain.

REER Yuan per Juli 2016 sudah mencapai 120,9. Artinya, harga barang-barang China lebih mahal 20,9 persen dibandingkan mitra dagangnya.

“Kalau ekspor AS dan China ingin menggeliat, mereka harus lemahkan mata uangnya,” kata Anton.

Namun begitu, menurut Anton melemahkan mata uang ternyata tidak menjadi solusi bagi pemulihan ekonomi di Jepang.

Yen Jepang sudah sangat kompetitif, dengan REER per Juli 2016 di level 84,4, tetapi ekspor Jepang juga masih tertekan.

“Jepang kalau ingin pulih, dia tidak bisa memanfaatkan perdagangan internasional. Dia harus mendorong perekonomian domestik, konsumsi domestiknya,” ucap Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com