Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI: Buah Segar di Pasaran Ternyata Masih Rawan Dikonsumsi

Kompas.com - 05/12/2016, 14:19 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan pihaknya telah melakukan survei terkait peredaran buah di wilayah Jakarta.

Peneliti YLKI Eva Rosita mengatakan, pihaknya melakukan survei tersebut mulai September 2016 dan dilakukan di lima pasar yang terdiri dari tiga ritel modern dan dua pasar tradisional.

Dari hasil pengujian YLKI menemukan tiga indikator penyebab produk buah segar yang beredar di pasaran masih rawan untuk dikonsumsi.

Ketiga indikator tersebut diantaranya minim akses informasi produk buah segar, rantai distribusi yang masih bermasalah serta penggunaan bahan yang tidak semestinya.

Dalam melakukan pengujian itu YLKI mengambil 20 sampel buah yang terdiri 11 buah impor dan 9 buah lokal.

Hasilnya, label untuk buah impor hanya 63 persen diketahui dan buah lokal hanya 36 persen label informasinya.

"YLKI menilai bahwa sejauh ini label dalam produk buah segar belum menyediakan informasi secara jelas, benar dan jujur seperti yang dibutuhkan konsumen," ungkap Eva dalam acara 'Menyoal Keamanan pada Buah Segar' di Cikini Jakarta, Senin (5/12/2016).

Menurut Eva, buah konsumsi masyarakat semestinya diberikan informasi meliputi tanggal panen, asal buah dan nutrisi yang terkandung didalamnya.

"Sejauh ini, informasi buah segar hanya terdapat di peti kemasan yang berukuran sedang atau besar, dan tidak terakses oleh konsumen," ujarnya.

Selain akses informasi yang minim, YLKI juga menemukan masalah terkait rantai distribusi yang terlalu panjang.

"Permasalahan rantai distribusi juga menjadi masalah klasik dalam peredaran buah segar. Bahkan untuk buah lokal butuh proses panjang dari petani sampai ketangan konsumen," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.

Menurutnya, proses distribusi yang tidak efektif ini menyebabkan produk buah, tidak lagi segar ketika sampai ke konsumen.

"Menurut YLKI, panjangnya rantai distribusi menyebabkan 40 persen buah lokal yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati harus dibuang akibat kondisinya yang sudah tidak layak konsumsi sedangkan sisanya sudah dalam kondisi yang kurang segar dan sudah kehilangan banyak nutrisi," paparnya.

Efek dari rantai distribusi yang panjang menimbulkan cara-cara yang tidak baik untuk menjaga agar buah tetap terlihat segar dan menarik.

"Alhasil untuk menghindari kerugian dan tetap menarik minat konsumen, oknum pedagang eceran menggunakan segala cara untuk membuat buah nampak terlihat segar, termasuk dengan penggunaan berbagai macam bahan kimia," ungkapnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:



Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com