Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Gesang, Didi Kempot, Jokowi, dan Terminal Tirtonadi Solo

Kompas.com - 09/12/2016, 16:09 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KOMPAS.com - "Nalikane ing Tirtonadi, ngenteni tekane bis wayah wengi. Tanganmu tak kanthi, kowe ngucap janji, lungo mesti bali..."

Pernah mendengar kalimat di atas? Sebagian mungkin familiar, sebagian lagi mungkin tidak. Namun bagi pecinta musik campursari, bisa jadi lirik tersebut sangat familiar. Ya, itu adalah lirik lagu berjudul Tirtonadi yang dipopulerkan oleh penyanyi campursari asal Jawa Tengah, Didi Kempot.

Kurang lebih artinya seperti ini: "Saat itu di Tirtonadi, menunggu datangnya bus di malam hari. Tanganmu ku pegang, kau ucap janji, pergi pasti kembali..."

Jauh sebelum Didi Kempot, maestro keroncong Indonesia, Gesang sudah mengabadikan nama Tirtonadi dalam karyanya dengan judul yang sama. Dalam lagu itu, Tirtonadi digambarkan sebagai satu kawasan yang permai dan membuat nyaman siapa saja yang datang.

"Nun disana tempatnya rakyat seluruhnya melepaskan lelahnya, hibur hatinya," begitu lirik tembang karya maestro keroncong yang juga pencipta lagu Bengawan Solo itu.

Saat ini, nama Tirtonadi sendiri sudah diabadikan sebagai nama terminal terbesar di Solo. Di tingkat nasional, Tirtonadi bahkan menjadi salah satu kiblat pengelolaan terminal di Indonesia.

Transformasi

Sebelum 2009, kondisi Terminal Tirtonadi tidak jauh beda dengan kondisi umum terminal lainnya di Indonesia. Kesan kumuh, rawan copet, hingga jadi pangkalan preman, tidak pernah lepas dari prasarana tranportasi yang satu ini.

Tidak cuma masyarakat, pengelola terminal juga kerap kena getah, bahkan kerap diancam preman. Hal itu pula terjadi saat pembenahan infrastruktur dan pelayanan di Terminal Tirtonadi dilakukan pada 2009 silam.

Pembenahan itu ternyata mengusik para preman terminal yang lama bersemayam. Maklum, Terminal Tirtonadi sudah jadi lahan subur. Setiap harinya, 1.500-2.000 bus keluar masuk terminal dengan jumlah hampir 20.000 orang penumpang.

"Untung saya orang sini juga dan kalau enggak diangkat jadi PNS, mungkin saya jadi preman juga," kata Joko sembari tertawa saat ditemui Kompas.com, Rabu (7/12/2016).

Tidak cuma preman, Terminal Tirtonadi pun dikenal rawan copet. Kurangnya pengawasan petugas keamanan dan ketidakwaspadaan penumpang jadi kombinasi pas penyebab menjamurnya para tukang copet.

Saking menjamurnya, pengelola terminal sempat membuat posko khusus untuk istirahat para pencopet. Hal itu dilakukan untuk menyindir para pencopet yang masih gemar berkeliaran di terminal.

Dari segi pelayanan, tentu seadanya. Bila dibandingkan dengan bandar udara, pelayannya bak bumi dan langit. Maklum terminal akrab dengan masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah, sedangkan bandara kelas menengah ke atas.

Namun era suram terminal terbesar di Solo itu mulai habis. Sejak 2009, perubahan total digagas oleh Pemerintah Kota Solo. Kini, terminal yang dulu kumuh, rawan copet, dan pangkalan preman itu justru menjadi acuan pengelolaan terminal untuk daerah lain di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com